Kaki Seokjin mundur selangkah, tubuhnya gemetaran, bahkan rasanya seluruh tenaga di dalam dirinya direnggut habis hingga ia tak mampu lagi bertumpu pada bumi yang kini tengah ia pijak. Kedua tangannya terangkat demi menyibak rambut depan dengan sepasang mata yang terus melebar dan sempat beredar liar ke seluruh penjuru ruangan hingga fokusnya hanya tertuju pada satu titik. Pada sepasang suami istri di depan sana, tepat di mana kedua netranya mengunci keduanya hingga Seokjin seolah mengabaikan tiap pasang mata yang menatapnya dengan berbagai pandangan.
Hampir semua orang di ruangan itu... ya, hampir, menatap Seokjin dengan wajah senang lantaran kedatangan pemuda itu yang tak terduga diharap mampu menambah riuh suasana di tengah terucapnya sepatah dua patah kata perpisahan yang tengah orang tua Ray tuturkan. Orang tua dari mate-nya.
Seluruh anggota pack telah bertemu Seokjin sebelum ini, dan kesemuanya telah menganggap Seokjin sebagai bagian dari pack saat namanya terdengar seantero pack sebagai mate dari salah seorang Beta mereka. Mengesampingkan hal itu, Seokjin memang telah mencuri tiap hati para anggota pack dengan keramahannya, tutur sopan, dan tingkah laku yang membuat tiap orang ingin menjadikannya sebagai orang terdekat. Dan mereka takkan menyangka bahwa keriangan yang diharapkan tak jua terwujud kala pemuda itu tak tampak akan menunjukkan senyum bahkan untuk seinci-pun di bibirnya. Termasuk Jacquelin, Omega yang beberapa saat lalu bertemu dengan Seokjin, mimik cerah yang semula ia tampakkan begitu mendengar langkah asing memasuki ruangan dan melihat tubuh tinggi pemuda itu di ambang pintu berubah drastis saat Seokjin justru tampak begitu hancur serta bingung yang teramat dengan sepasang mata yang terus tertuju pada David dan Jennifer.
Dada Seokjin bergemuruh riuh saat asumsi-asumsi penuh kengerian berputar dengan sangat gesit di kepalanya menyaksikan dua entitas yang tak ia duga tengah menetap di tiap ujung meja. Seokjin yakin seratus persen bahwa ia masih cukup waras, dan dengan mata minusnya, ia yakin betul bahwa kedua orang itu adalah orang tua Namjoon. Kekasihnya... tunangannya. Kim Dongwook dan Kim Seohyung.
Kedua mata Seokjin mulai berkaca-kaca kala akalnya mampu sedikit menyimpulkan bahwa pria yang kini tengah menatapnya bingung di salah satu kursi dengan kening yang berkerut dalam, terus menatapnya dalam keheningan tanpa mampu sepatah katapun terucap dari bibirnya... bahwa pria itu adalah Kim Namjoon.
.
.
.
Semua mata yang sedari tadi menatapi Seokjin dalam diam tanpa berani bertindak mulai risih akan ketidaktahuan akan apa yang sebenarnya terjadi, lalu beralih untuk menatapi tiap orang yang memiliki hubungan dengan pemuda itu secara bergiliran.
David.
Jennifer.
Raymond.
"Seok..."
"Seokjin."
Ray telah berdiri, namun suaranya seketika terputus dan kepalanya menoleh spontan kala ayahnya menyambar nama Seokjin mendahului dirinya dan bergegas keluar dari kursinya menuju mate-nya, dan membuat ia seolah tak mampu berbuat banyak dan hanya bisa menyaksikan apa yang akan ayahnya lakukan atau katakan pada pemuda itu.
Tapi, setitik kejanggalan mulai menusuk di salah satu sudut otak Ray. Mengenai mengapa Seokjin bisa sampai di tempat ini? Lalu mengapa pemuda itu tampak terkejut saat melihat kedua orang tuanya? Dan mengapa ayahnya terlihat terburu menuju Seokjin saat keduanya bahkan tak pernah bertemu secara langsung? Serta mengapa ia merasakan kemarahan yang menyeruak di dalam dadanya yang ia yakini tak berasal dari dirinya sendiri? Ray tahu bahwa hal itu mungkin saja berasal dari Seokjin. Namun apa yang membuat pemuda itu begitu marah?
KAMU SEDANG MEMBACA
MOONCHILD [ Namjin ]
FanfictionEven in the crowd, you will never misunderstand your mate's scent. You will never be able to reject it when that happens to you. It will make you want to run and grab him as fast as you can in your arms. Realize, he is your soul mate. Alternate Univ...