Ken

2.9K 352 65
                                    

Sosok Seokjin seakan telah menjadi magnet tersendiri bagi Ken kala kedua matanya tanpa sengaja telah melihat entitas itu dalam masa lalu seorang werewolf yang menangkap basah dirinya kala tengah berjalan-jalan di kota.

Ken mulanya tak ingin memperpanjang rasa penasaran dengan menelusuri bayangan Seokjin dari Ray di saat ia sendiri tak tahu betul sosok macam apa pemuda itu. Namun, ia tak dapat mengabaikan hasrat diri yang kembali menggebu setelah sekian lama di balik aliran darah yang telah membeku kala sepasang netra kehijauannya dapat melihat secara langsung lelaki berparas rupawan yang ia lihat dari seberang jalan sebuah toko tepat di mana pemuda itu bekerja di dalamnya.

Senyum ramah yang tersaji untuk tiap pengunjung yang datang pada hari pembukaan toko, lalu dibarengi mata yang menyipit indah bak bulan sabit, serta tulang pipi yang terangkat anggun kala senyum itu merekah dengan eloknya telah menarik Ken dan menenggelamkannya semakin jauh pada pesona tak tersentuh yang ingin sekali ia raih dengan kedua tangannya.

Namun, pertemuan pertama yang ia dambakan harus urung seketika lantaran kehadiran Ray yang saat itu tak ia ketahui dengan pasti hubungan keduanya. Ken hanya ingat bahwa sosok menawan di depannya itu pernah ia lihat saat menyelami masa lalu si werewolf dari matanya.

Dan ia memutuskan untuk tak menyerah sampai di sana.

Maka dari itu Ken memutuskan untuk datang keesokan harinya, di mana ia merasa bahwa tempat itu aman dan tak satupun werewolf berkeliaran di sekitar setelah memastikan selama beberapa saat dari seberang jalan yang sama seperti tempatnya berdiam kemarin hari. Dan Ken-pun memantapkan tekad untuk melangkah semakin dekat pada toko kue kecil yang dimaksud.

Untuk manusia biasa, aroma pastri, cake, dan segala jenis minuman berbahan kopi yang menyelubungi tempat itu pastilah terasa menggoda dan membuat mereka ingin segera merasakan bagaimana manisnya lapisan gula yang menyelimuti chiffon cake di dalam lemari pendingin itu, atau segarnya rasa kafein dari latte yang Ken lihat dibuat oleh seorang barista di balik konter yang kini tengah menghampirinya dengan wajah ramah.

Namun hal itu tak bertahan lama. Si barista yang semula menatapnya ramah segera berubah mimik wajahnya seolah waspada akan sesuatu saat mata keduanya saling bertemu. Ken tak pernah bertatapan mata dengan manusia biasa selama itu, dan cara pandang pemuda itu sungguh membuat Ken was was jika saja barista itu tahu siapa ia sebenarnya.

"Ada yang bisa kubantu, Tuan?" Tanya si barista masih dengan tutur ramah walau wajahnya telah tampak awas.

Ken melengoskan wajahnya saat sadar bahwa pemuda itu terlihat seakan tengah menelisik dirinya sedemikian rupa.

Selama ini, manusia biasa hanya beranggapan bahwa ia tengah memakai lensa kontak saat melihat penampilannya, dan atensi yang tercurah untuk dirinya itu takkan bertahan lama. Namun, sangat berbeda respons barista itu akan dirinya, dan Ken berusaha sebisa mungkin untuk tetap terlihat normal, karena ia tak mau tujuannya datang ke toko itu terbuang percuma karena kecurigaan tak berdasar pemuda itu.

"Aku tak membutuhkan apapun." Jawab Ken dan langsung menuju pada sebuah kursi yang ada di salah satu sudut ruangan, lalu mendudukinya usai mengabaikan si barista.

Dan setelah Ken duduk di kursinya, ia mulai mengedarkan pandangan dan sempat membelalak selama sekian detik saat target yang dituju terlihat keluar dari arah dapur, lalu berjalan dengan anggunnya menuju display cooler untuk meletakkan berbagai cake yang sepertinya baru saja pemuda itu buat, yang sayangnya sama sekali tak menggugah lidahnya untuk mencicipi. Karena dibandingkan sekumpulan glukosa berbagai bentuk yang tengah terpampang apik di depan matanya, Ken lebih berhasrat mencicipi rasa pemuda itu di bibirnya.

Dan mulai saat itu, ken memutuskan untuk tak gentar mendekati Seokjin sampai ia mendapatkan pemuda itu.

.

MOONCHILD [ Namjin ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang