Kedua belah bibir Seokjin masih setengah terbuka dan mata menyipit curiga menanggapi ujaran ngawur sang lawan bicara. Ia tak tahu apa yang salah dengan Ray hingga semendadak itu mengajaknya berkencan padahal baru beberapa menit lalu mereka bisa duduk dan mencoba bicara empat mata.
Seokjin mencoba mengatur ekspresinya sebaik mungkin dibarengi mulut yang kembali mengatup. Sebuah helaan napas pendek ia keluarkan demi mengatur debar jantung yang mulai lupa cara berdetak dengan normal.
"Apa kau terbiasa melakukan ini pada orang yang menarik perhatianmu?" Karena setahu Seokjin hal semacam ini hanya mampu dilakukan oleh laki-laki yang gemar bergonta-ganti pasangan, playboy, atau sebutan lain yang mampu menggambarkan hal serupa.
Ray menggeleng. Tentu ia tahu bahwa kelakuannya ini akan terlihat aneh mengingat yang dihadapinya kini adalah seorang manusia biasa yang sialnya begitu mempesona hingga ia melupakan cara berbasa-basi yang sempat diajarkan oleh Chase. Berbeda dengan Chase yang memang memiliki mate seorang omega, mereka tak butuh pendekatan mendalam untuk saling memenuhi hasrat masing-masing akan pasangannya. Dan Ray, takdir membuatnya mencicipi apa yang pernah Freddy alami. Tapi ia tak cukup bernyali untuk minta pituah pada Sang Alpha hanya untuk mendapatkan pembelajaran mengenai kiat-kiat mendekati mate-nya yang merupakan manusia.
"Kau orang pertama yang membuatku merasakan perasaan semacam ini." Jawab Ray lalu menambahkan 'dan akan jadi yang terakhir' dalam hatinya.
Di mata Seokjin, Ray tak tampak seperti pria yang masih polos terhadap urusan semacam itu. Bahkan Seokjin saja sudah berpacaran sejak usia belia sekalipun hanya terus bertahan pada satu orang. Tapi Ray... ia tak menyangka pria yang terlihat tangguh itu sangat minim pengalaman akan urusan percintaan.
Seokjin melirik pada tiga orang yang tengah terlibat obrolan santai di sudut ruangan. Dan tak tahu kenapa ketiganya juga menoleh padanya hampir bersamaan. Hanya perasaannya saja atau Jey memang terlihat akrab dengan Mino dan Jihoon?
"Ada banyak hal yang tak bisa kujelaskan mengenai ajakan kencan mendadak ini, Seokjin. Tapi aku bisa yakinkan kau bahwa aku tak sedang main-main sekarang." Imbuh Ray demi mendapat setidaknya sedikit rasa percaya Seokjin. Berharap pemuda itu takkan terus menganggapnya pria aneh.
"Aku sudah memiliki kekasih, Ray. Kami bahkan telah..." Seokjin mengulum bibirnya yang mulai kering, "bertunangan."
Kedua alis Ray terangkat tinggi begitu kata yang terakhir disebutkan. Jadi mate-nya sudah memiliki ikatan dengan orang lain?
"Lantas dimana kekasihmu sekarang?"
Sebuah pukulan telak mendarat tepat di ulu hati Seokjin. Ia tak pernah mampu menjelaskan jika pertanyaan serupa diarahkan padanya.
"Apa kau berusaha menghindariku?" Tanya Ray lagi, dan Seokjin mulai merasa tersudut.
Seokjin telah menghindari siapapun selama empat tahun hidupnya setelah kehilangan kekasihnya. Menghindari satu orang lagi bukanlah perkara berat baginya. Tapi masalahnya pria yang telah berani mengajaknya berkencan ini memiliki rupa yang sangat mirip dengan Namjoon-nya. Sekalipun mereka mampu berjalan bersama, itu hanya karena Seokjin menganggap Ray sebagai Namjoon, dan Seokjin sadar hal itu akan menyakiti Ray.
"Aku kehilangan kekasihku beberapa tahun silam." 'Kehilangan' adalah kata terhalus yang mampu Seokjin ucapkan lantaran hatinya yang masih belum mau menerima jika Namjoon harus dinyatakan meninggal dunia. Seokjin mencoba memberi pengertian pada Ray. Lalu akankah pria itu mau menerima keadaannya setelah tahu yang sebenarnya? "Aku menghampirimu tempo hari karena mengira kau adalah dirinya."
Tenggorokan Ray tercekat seketika. Apa yang sedang Seokjin coba katakan?
"Kau sangat mirip dengan Namjoon-ku, Raymond."
KAMU SEDANG MEMBACA
MOONCHILD [ Namjin ]
FanfictionEven in the crowd, you will never misunderstand your mate's scent. You will never be able to reject it when that happens to you. It will make you want to run and grab him as fast as you can in your arms. Realize, he is your soul mate. Alternate Univ...