1. EXPELLED
***
Milan, Italia
Langkah kaki seorang wanita berseragam hitam putih itu kian cepat kala melihat seorang gadis yang sedari tadi ia panggil tak berhenti bahkan untuk menoleh menatap dirinya pun tidak. Wajahnya memerah menahan emosi, tangannya mulai mengepal bersamaan dengan langkah kaki yang membawanya berdiri di hadapan gadis itu.
Terlihat datar dan sangat santai, mulut gadis itu masih mengunyah permen karet dengan telinga yang di sumbat hendset. Satu alisnya terangkat kala menatap wanita itu.
"Apa kamu tuli? Aku memanggil mu sedari tadi," ucap wanita itu marah seraya menarik kasar hendset gadis itu kemudian menggenggamnya erat.
"Saya tidak tuli, anda tidak lihat? Saya pakai hendset." Gadis itu melirik sinis hendset yang di genggam wanita itu. Pasti disita lagi, ia sudah terbiasa dengan hal itu.
"Kamu mau pergi kemana? Kita belum selesai, kamu harus ikut denganku ke kantor kepala sekolah," ujar wanita itu kala melihat gadis di hadapannya akan segera pergi.
Mata gadis itu memicing dengan raut wajah datarnya. "Saya tidak membuat masalah, kenapa lagi?" tanyanya.
Wanita itu tidak menjawab, ia menarik gadis itu menuju ruang kepala sekolah. Hal itu tentu membuat sang empunya marah dan menyentak kasar tangan wanita itu, keduanya spontan menjadi tontonan para murid kala berada di koridor sekolah.
"Saya tidak melakukan apa-apa, atas dasar apa Anda memaksa saya," geram gadis itu dengan tatapan tajamnya.
"Ayolah, kamu telah menyebabkan banyak masalah, kamu tidak pantas berada di sekolah ini," desis wanita itu seraya melirik sekitar yang cukup ramai lalu segera menarik kembali pergelangan tangan gadis itu.
"Non mi tocchi." Gadis itu berkata sembari menepis kasar tangan wanita itu.
Tatapan keduanya beradu sengit membuat beberapa orang mulai bisik-bisik menceritakan pertikaian mereka. "Vieni con me, non discutere," desis Wanita itu tajam.
"Non hai il diritto di costringermi."
"Ikut aku, apa orang tuamu tidak pernah mengajarimu sopan santun? Kau ini pembuat masalah," ucap wanita itu membuat gadis di hadapannya menatap ia tajam.
PLAKKK!
Pipi wanita itu terasa panas kala mengenai tamparan gadis itu. Ia mengusap pipinya pelan dengan rasa sakit yang masih terasa, tatapannya tertuju pada punggung gadis yang kian menjauh dari hadapannya.
***
Ansel meraup wajahnya kasar kala melihat secarik kertas di hadapannya. Tatapan pria itu beralih pada seorang gadis yang berdiri tak jauh darinya sambil bersedekap dada. Di sampingnya terdapat seorang wanita dengan pipi kiri yang masih sedikit memerah.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRINCIPESSA [On Going]
Teen FictionAileen berusaha keras membersihkan nama baiknya setelah rumor tentang dirinya beredar belakang ini, hampir seluruh siswa siswi Alexander High School membicarakan Aileen, pasalnya selain masalah kasus gadis itu, ia tiba-tiba saja dikabarkan dekat de...