18. LIGHT IN DARKNESS
***
Derap langkah kaki terdengar beriringan dengan suara sorakan didalam suatu tempat perkumpulan rahasia orang-orang berpengaruh. Pada ruangan luas ini terdapat banyak meja panjang seukuran meja billiard. Beberapa orang tampak fokus menatap kartu yang disusun seperti kipas ditangan mereka.
"Kenapa lama sekali? Kau benar-benar tidak tahu main ya?" Pria berkaos tanpa lengan berbicara dengan nada mengejek saat pria tua didepannya melempar tatapan sinis.
Pria tua itu menaruh dua kartu berbeda dengan memperlihatkan gambar Q merah love dan 8 sekop hitam pada kartu remi.
"Sudah aku bilang kau tidak tahu main, menyerahlah," ucap Pria berkaos tanpa lengan disela-sela kekehannya. Jemari pria itu meletakkan 3 kartu dengan gambar yang sama sembari melempar senyum.
"Sialan, tidak usah mengejek." Ekspresi Pria tua itu terlihat kesal. Dia beralih menatap lelaki belasan tahun yang sedang menikmati keluarnya asap nikotin dari dalam mulut."Giliranmu anak muda."
Sebatang rokok berukuran setengah itu langsung dimatikan begitu lelaki berjaket kulit hitam memfokuskan pandangannya pada kartu yang dia punya.
"Holly shit!"
Lelaki yang diberi julukan sebagai anak muda ini merelakan kartu jokernya. Pria tua terdiam ia melirik kearah Pria berkaos tanpa lengan, dia juga terdiam—hanya saja ekspresi wajahnya tampak terkejut.
"Sial ternyata joker ada padamu."
Lelaki belasan tahun menyeringai, punggungnya kembali bersandar seraya menyalakan korek api untuk rokok yang diapit pada bibir tipisnya.
"Lo emang jago kalau main ginian."
Zei bisa merasakan lirikan mata elang itu. Punggungnya yang semula membungkuk menatap kartu diatas meja dengan lebih dekat berubah tegak kala dirinya beradu pandang dengan lelaki belasan tahun yang diberi julukan anak muda.
"Pulang, mama lo khawatir."
Lelaki itu memutuskan kontak mata dengan Zei. Seolah tidak ingin mendengar kelanjutannya, lelaki berjaket kulit hitam ini meraih gelas kecil berisi minuman alkohol, matanya terpejam ketika meneguknya habis.
"Aiden, lo harus pulang!"
"Oh jadi namamu, Aiden?" Pria berkaos tanpa lengan bersuara.
"Aiden? Namamu seperti tidak asing." Pria tua ikut bersuara, wajahnya terlihat memikirkan sesuatu membuat Aiden segera berdiri dari duduknya.
"Hadiahnya untuk kalian saja," ujar Aiden kemudian pergi begitu saja. Meski permainan sudah selesai dan Aiden memang pemenangnya, dua pria itu tampak binggung namun disaat bersamaan mereka juga senang karena hadiah ini tidak sedikit.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRINCIPESSA [On Going]
Teen FictionAileen berusaha keras membersihkan nama baiknya setelah rumor tentang dirinya beredar belakang ini, hampir seluruh siswa siswi Alexander High School membicarakan Aileen, pasalnya selain masalah kasus gadis itu, ia tiba-tiba saja dikabarkan dekat de...