14. Those Eyes

2.1K 186 3
                                    

14

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

14. Those Eyes

***

DORRRR!!

"Nice shot, Aileen." Nafil berdecak kagum melihat peluru Aileen mengenai lingkaran merah pada kertas papan sasaran tembakan dengan tepat.

"Tingkatkan lagi, kalau kejadian di garbera club terulang, kau tahu harus apa."

Aileen mengulas senyum tipis melihat seringai iblis Nafil. "Jadi Ai, harus bunuh orang?" ujarnya dengan satu alis terangkat.

"Why not?" Nafil ikut menaikan satu alisnya membuat Aileen tampak binggung. "Terkadang kita harus jadi kejam untuk diri kita sendiri."

"Tapi tidak dengan membunuh."

"Lebih baik mana? Membunuh atau dibunuh?" tanya Nafil dengan satu alis terangkat lagi, tatapannya tak lepas dari keterdiaman Aileen.

"Gak ada yang baik." Aileen memang tidak begitu menyukai pembahasan seperti ini, dalam hidupnya ia tidak mau menjadi pembunuh ataupun dibunuh, bukan pilihan bagus kalau takdir membuat dirinya cukup tragis apa lagi sampai mendekam didalam penjara.

"Berhenti mengajarinya hal kotor, kau merusaknya."

Keduanya menoleh pada Kenan, pria berkemeja hitam itu menatap Nafil tajam, ia hanya melirik Aileen sekilas sebelum menyentil bibir Nafil. "Jangan mengajarinya membunuh, dia tidak boleh seperti mu."

"Aku? Terus kau tidak, begitu?"

"Aku begitu, tapi berpikirlah lagi, otakmu itu dangkal sekali."

Kenan pergi setelah mengambil beberapa peluru dari laci meja besar didekat Aileen. Sebelum pergi Kenan memberi Aileen kertas yang dilipat berukuran kecil.

"Jangan salah paham dulu, aku tidak menyuruh mu menjadi pembunuh, tangan cantik mu tidak perlu melakukannya," jelas Nafil.

Aileen terkekeh, ia mengangguk kemudian memeluk Nafil erat sebelum melangkah mendekati Zio yang sudah menunggunya di depan ruangan menembak. Pria dengan kaos hitam polos ini sudah menunggu Aileen berlatih cukup lama.

"Jaga dia baik-baik, Zio. Aku tidak mau kejadian itu terulang lagi," tegas Nafil.

Zio mengangguk patuh, langkahnya mengikuti Aileen dari belakang. Mereka menyusuri lorong bernuansa merah maroon dengan beberapa patung pajangan dindingnya.

"Sial, apa yang mereka lakukan?"

Aileen berhenti melangkah saat melihat Kenan tampak kesal berbicara dengan Zai. Terlebih lagi Zai hanya menggaruk kepala saja saat mendengarkan ocehan Kenan.

PRINCIPESSA [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang