°Heat and Temperature°

601 106 129
                                    


JANGAN LUPA FOLLOW IG
@official_asambasa
.
๑˙❥˙๑♡‿♡๑˙❥˙๑

Suara benturan bola dengan lantai lapangan membuat harmoni tersendiri bagi Aira.

Manik hitam itu duduk bersila di atas tribun penonton, sedang tangannya memegang selembar kertas dan sebuah pena.

Sesekali dahi gadis rambut kepang ala fishtail braids yang ia arahkan ke samping itu berkerut. Matanya tetap fokus pada lembaran kertas yang penuh akan coretan dari dirinya.

"Determine temperature T1 at M1 where the cloud ceiling forms?"

"Two hundred seventy nine calvin!"

Teriakan dari tengah lapangan hanya dibalas senyum oleh Aira.

"What is the height h1 at M1 above station M0 of the cloud ceiling assuming a linear decrease of atmospheric density?"

Hening beberapa saat, hingga suara bass itu terdengar kembali.

"Fourteen... and ten?"

Anggukan Aira membuat sang lawan bicara juga ikut tersenyum bangga.

"What temperature T2 is measured at the ridge of the mountain range?"

"Dua tuju satu kelvin!"

"Determine the height of the water column or precipitation level precipitated by the air stream in 3 hours, assuming a homogeneous rainfall between points M1 and M2."

Gerakan dribbling dari manik hazel itu berhenti, otaknya perlu keluwesan berlebih untuk masalah ini.

"Tinggi ya Ai?"

"Hm! Cepet, durasi Bas."

"Thirty five... Tiga puluh lima mm?"

Di tengah lapangan berdiri sebuah tubuh jangkung yang tengah asik mendribel. Kali ini pemuda itu membutuhkan waktu lama untuk memasukan bola ke dalam ring.

Karena dalam kondisi sekarang antara otot dan otak Basel saling berevolusi satu sama lain untuk mendapatkan perhitungan yang tepat sekaligus memastikan bahwa bola bewarna coklat itu masuk ke dalam lingkaran kecil di pinggir lapangan.

"Telat 2,5 sekon."

Balasan dari Aira membuat Basel menarik senyum, namun aktifitasnya masih mendribble kemudian di lanjut pivot dan....

Shot!

Bola basket berhasil mendarat masuk dengan tepat.

Sinar matahari pagi membuat bulir bulir keringat yang mengalir di pelipis DK SMA Nusantara itu menjadi lebih aesthetic.

Basel menatap Aira untuk memperlihatkan keberhasilannya dengan senyuman yang sangat lebar.

Aira mendengus seraya menggeleng-gelengkan kepala. Gadis itu kembali melanjutkan membaca soal Olimpiade fisika antar negara untuk dijawab oleh si ketua OSIS.

"What temperature T3 is measured in the back of the mountain range at station M3?" Aira menjeda, ujung telunjuk sebelah kanannya mengetuk-ngetuk tribun yang terbuat dari semen itu, pertanda ia sedang berusaha mengingat sesuatu "Discuss the state of the atmosphere at station M3 in comparison with that at station M0."

Dan Aira sendiri yang akan mengoreksi jawaban Basel. Dalam konteks ini dua insan manusia yang dapat dikategorikan jenius itu tidak membutuhkan kunci jawaban untuk memastikan bahwa jawaban keduanya tepat.

Basel berjalan mengambil Bola yang kebetulan menggelinding ke arah Aira. Siapa sangka, di dalam pikiran sang captain basket terdapat mesin kalkulator yang sedang melakukan perhitungan sekarang.

Asam&BasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang