°Hidrokarbon°

1.4K 175 61
                                    

'Tahun ajaran baru dimulai, Kemendikbud merencanakan perubahan sistem pendidikan dibeberapa sekolah. Bagaimana pendapat anda sebagai ketua yayasan di SMA Nusantara?'

(Layar kamera segera beralih pada seorang lelaki)

'Saya pribadi sangat mendukung apapun yang menjadi keinginan pemerintah selama itu mengarah pada hal-hal yang baik. Nilai akreditasi SMA Nusantara juga sebisa mungkin saya pertahankan, karena itu memang sudah kewajiban saya sebagai ketua yayasan.'

(Layar kamera kembali pada reporter awal)

'Baik terimakasih Pak Aksa atas pernyataannya saya Dian Putri, reporter dari CNN Indonesia melaporkan langsung dari gedung Kemendikbud Republik Indonesia'

Suara derik pintu terbuka dari kamar dilantai dua serta derap langkah menuruni tangga mengubah perhatian Salma pada siaran televisi,

Dengan terburu-buru Salma mematikan salah satu alat elektronik yang menggunakan sinar radioaktif dalam pengoperasiannya itu.

Seraya mengoleskan selai srikaya diselembar roti tawar Salma sesekali melirik anak kandungnya yang semakin hari semakin menjaga jarak dengannya.

"Basel mau sarapan dulu? Mama siap--"

"Basel bisa sarapan disekolah Mah, ini hari pertama sekolah jadi Basel harus tepat waktu."

Bukan keinginan Basel untuk memotong perkataan ibunya hanya saja ia....

Terbiasa

dan terpaksa melakukannya.

"Ini masih jam lima empat puluh Bas, sarapan ga bakal buat Lo telat."

Bola mata Basel bergerling memutar, tanpa menoleh ia pun tau siapa pemilik suara bariton itu,

"Gue terbiasa memberi contoh bukan diberi contoh." Basel berjalan mengambil kunci motor yang tergantung di dekat dapur.

Axid menuruni anak tangga dengan sebelah tangannya dimasukan ke dalam saku, "I know,"

Tanpa disebutkan Axid yakin Basel mengerti siapa objek yang mereka bicarakan,

"But you can try to respect her?" kini Axid sudah dihadapan Basel, "She care with you."

"Respect or caring anything is bulshit."

"Basel!"

Itu Salma, dirinya sudah muak dengan perdebatan ini.

"See? kalo di rumah ga usah pake topeng kalian, ga akan ada media yang meliput!--"

"Basel kamu...!"

"Mendingan Lo cepet pergi." Axid menatap Basel tajam,

Sedangkan Basel membalas senyum miring dan berlalu meninggalkan dapur begitu saja menyisakan keheningan.

Seperti biasanya Basel mengalah dan memilih pergi, entah mau sampai kapan.

Doakan saja stok kesabaran milik Basel belum expired.

Keheningan di ruangan itu tak berlangsung lama, isakan tangis seorang wanita pecah. Axid segera menghampiri sang ibu yang telah bercucuran air mata,

"Maaf Mah... maaf...." lirih Axid

Salma menghapus jejak di pelopak matanya, "Ini bukan salah kamu nak...."

...ini salah Axid....

"Kamu hanya perlu menjaga Basel."

...Axid gagal jagain Basel Mah....

"Basel pasti punya alasan kenapa dia seperti ini."

Asam&BasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang