°Matriks°

592 107 40
                                    

JANGAN LUPA FOLLOW IG
@offcial_asambasa

Happy reading:)

.

Organizatio time.

Adalah saat yang paling membosankan bagi Axid Dewangga karena hanya akan berhubungan dengan tumpukan kertas dan sebuah pena.

Namun kali ini berbeda, moment organisasi adalah waktu yang paling ditunggu-tunggu oleh Axid.

Karena....

"Lo mau bunuh gue tanpa menyentuh?!?"

Karena mengerjai Aira Saltana adalah kebiasaan baru Axid.

"Gue baru aja ke-bawah fotokopi seratus rangkap. Dua kali ke ruangan Pak Bagas untuk serahin berkas dan tiga kali bolak-balik masuk ke gudang buat ngambil lima kardus ini!"

Kegiatan itu sangat menyenangkan sekaligus menggelikan bagi Axid.

Untung saja mengendalikan emosi adalah hal mudah bagi pemuda itu, kalau tidak mungkin sudah tak terhitung berapa kali Axid tersenyum melihat raut kesal Aira.

"Sekarang Lo minta balikin 4 kardus! Kalo cuman butuh satu kenapa suruh ambil lima?"

"Konsep matriks."

Aira mendengus, so fucking reasons jawaban singkat Axid sungguh membuat panas ubun-ubunnya.

"Dalam lima kardus ini saling berhubungan satu sama lain. Like matrices in mathematical theory, rows and columns are like the contents of these boxes."

"Kalau elemen dalam matriks mengacu pada matriks indentitas, sama aja bohong. Isinya nol semua," bela Aira tak mau kalah.

Axid membalikkan badan dan kembali duduk di kursi kebesarannya dalam ruangan khusus anggota inti MPK ini, "Lo tau anak kelas X lebih menderita dari ini? Mereka masuk MPK pake tes fisik, mental, akademik, dan intelektual. Sedangkan Lo...." Axid memindai tubuh Aira dari atas sampai bawah "Fisik aja ngeluh, gimana gue tes intelektual. Auto kena mental lo dari MPK."

"Gue siap di tes---"

"Lemah banget jadi cewek."

Sialan!

Jari tangan Aira mengepal, gadis itu merasa udara sekitarnya semakin panas.

"Ga perlu gue jelasin lebih lanjut kan? Yaudah sana pergi." ketus Axid.

Double fucking damn!

Aira memaksakan senyumnya, dalam hati mengucapkan sumpah serapah pada pemuda dihadapannya ini.

Kalau bukan karena hinaan yang menusuk di dada, Aira lebih memilih berdebat sampai jam organisasi selesai.

Baiklah apa boleh buat?

Lagi pula dalam ruangan ini tidak hanya ada dirinya, sedari tadi kedua insan itu telah menjadi pusat perhatian.

Aira memutar pandangannya ke segala sisi,

Ruangan organisasi MPK memang cukup luas dibandingkan organisasi lain.

Mungkin karena tugas yang diemban lebih berat,

Seperti yang Aira lakukan. Sudah tiga kali Aira mengambil kardus. Tidak terhitung berapa anak tangga yang ia lewati sili berganti.

Kardus-kardus itu tidak terlalu berat, hanya....

Fisik Aira yang tidak menyanggupinya. Secara tidak langsung Axid benar, ia memang lemah....

"Gue...." Aira mengatur nafasnya, "Bakal usulin pembuatan lift di SMA kita."

Asam&BasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang