°Derivative°

526 107 11
                                    

Sebelumnya, author mau minta maaf bila ada pengejaan kata atau tulisan dalam kalimat-kalimat medis dibawah ini....

Ini murni pemikiran author, jadi bila ada kesalahan tolong dimaafkan.

Author juga masih perlu banyak belajar:)

Last.

JANGAN LUPA FOLLOW IG
@official_asambasa
.
๑˙❥˙๑♡‿♡๑˙❥˙๑

39°C

Gerakan Aira terhenti. Suhu tubuh sang ketua PMR tidaklah normal, tapi bukan juga demam tinggi yang sangat menghawatirkan.

Gadis itu menatap Anji sekilas, ia yakin ini bukan sekedar panas biasa.

Apalagi ditambah asam lambung (kemungkinan terbesar). Jelas bukan.

Hipotesa di otaknya terus berjalan,

Anemia atau Vertigo?

Jari tangan Aira mengetuk-ngetuk brangkal membuat sebuah irama yang menunjukkan keseriusan teramat dalam menentukan.

Hemolytic, Guillain Barre Syndrome

Dan Multiple sclerosis.

Sekali lagi Aira mengecek bagian pupil mata Anji, sedang pemiliknya terus meringkuk kesakitan seraya memegangi bagian perut.

Sungguh Aira tidak tega melihat wajah yang biasanya selalu ingin ia pukul itu berubah menahan kesakitan.

"Anji Lo mau muntah?"

Aira refleks memundurkan langkahnya,

Satu beban lagi yang memenuhi otak gadis itu.

Aira kembali memusatkan perhatian pada hasil termometer dengan pergerakan Anji.

"Astaga nji Lo kenapa si...?"

Hingga atensi Basel yang datang membawa beberapa pil obat kemudian dilanjutkan memijat bagian punggung sahabatnya dengan telaten.

Aira lebih mendekati wajah Anji, meminta pemuda itu untuk sedikit menyenderkan tubuh kemudian perlahan menuntun untuk meminum Mefenamic Acid(salah satu obat pereda nyeri).

Selanjutnya ia gerakan telapak tangan ke area leher untuk memeriksa denyut arteri.

Secara tidak langsung ia membaca mimik wajah Anji yang sudah tidak bisa berkata-kata.

Ai sakit....

Segera Aira memalingkan wajah ketika bertemu manik hitam Anji memohon pertolongan.

C'mon Aira, bukan saatnya Lo baper! Jangan nangis!

Dan situasi berikutnya diluar nalar Aira.

Tubuh Anji gemetar hebat, seperti kejang namun ini sifatnya lebih ringan.

Aira tercekat, ingatan tentang sebuah penyakit terlintas.

Astaga. Jangan-jangan....

"Semuanya mundur!"

Semua orang menatap Aira heran, mata gadis itu menyapu seluruh penghuni ruangan. Tak terkecuali dua orang pemuda yang masih diam ditempat membantu Anji sebisa mungkin.

"Selain gue Basel dan Axid. Semuanya keluar dari UKS!" perintah Aira kembali, ia memejamkan mata sekilas semoga bukan Tuhan....

"Gue curiga kalo ini radang selaput otak."

Asam&BasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang