°Integral°

617 108 24
                                    


JANGAN LUPA FOLLOW IG
@official_asambasa
.
๑˙❥˙๑♡‿♡๑˙❥˙๑

Aira melangkahkan kaki menuju ruangan kelas.

Namun bukan kelasnya.

Melainkan menuju salah satu kelas unggulan yang merupakan saingan terberat peminatan kimia dari total 6 ruang kelas pada setiap angkatan.

XI PPOne.

Melalui jendela bening Aira menatap ruangan yang berisi 16 siswa itu dari kejauhan.

Mata elangnya menyapu bersih seluruh penghuni kelas, memperhatikan satu demi satu wajah-wajah yang penuh keseriusan dalam menyerap ilmu.

Hingga tatapan Aira meredup, fokus pada satu objek yang membuatnya sampai berbohong dengan Pak Bagas tentang ulangan susulan.

Sedikit memalukan sebenarnya....

Terlebih Axid Dewangga berada di sana. Sudah pasti pemuda itu sedang menertawai kebodohan Aira sekarang.

Ah masa bodo. Asalkan rasa khawatirnya terterlampiaskan.

Jadi, bukan masalah besar.

"Turns out you're still fine Basel Pradipta,"

Aira menghela nafas lega, setidaknya Basel masih ditahap aman untuk persentase mental.

Buktinya pemuda itu tampak duduk tenang menatap layar proyektor yang menampilkan presentasi mata pelajaran.

Sesekali dahinya mengerut kemudian disusul respon tangan kanannya yang bergerak untuk menulis catatan dibuku.

Sepertinya rasa cemas Aira berlebihan.

Basel tidak akan semudah itu untuk mengalami gangguan mental.

Ia hanya butuh waktu sendiri.

Untuk menerima semua kenyataan.

Aira memutuskan untuk kembali ke kelasnya, sudah banyak waktu belajar terbuang karena kecemasan tak berdasar. Gadis itu segera berbalik arah menuju kelas XI CPOne.

"Gue mau ngomong sama lo... Ai,"

Manik Aira refleks membulat, ketika bahu lebar itu menghadang jalannya.

Dan lebih parahnya, tiba-tiba berdesir rasa aneh dalam tubuh Aira.

Dia benar Axid Dewangga kan?

Kenapa tiba-tiba memanggil namanya tidak seperti biasa?

Mengapa pemuda itu tidak menggunakan kata ganti orang ketiga?

Mengapa mendadak jadi tidak formal?

Terlepas dari banyaknya pertanyaan yang  memenuhi pikiran, respon saraf Aira masih di bawah kesadaran.

Buktinya ia dengan patuh mengekor kemana sang KCO melangkahkan kakinya.

Tempat ini lagi. Aira ingat betul,

Latar yang sama persis dimana waktu itu Axid Dewangga mengancam dirinya agar keluar dari olimpiade fisika.

Ah mungkinkah kali ini situasinya akan sama persis?

"Kalo ga penting---"

"Lo harus selalu didekat Basel."

Kan, baru saja Aira terpikirkan tentang ancaman apa yang akan pemuda itu lontarkan kepadanya.

"Sorry...?" dahi Aira refleks mengernyit selaras dengan sebelah alisnya terangkat "What do you mean?"

Sebenarnya pernyataan itu hanya formalitas belaka, ia tau persis kalau pemuda dihadapannya ingin mengendalikan perintah penuh atas dirinya.

Asam&BasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang