18

359 51 5
                                    

.










.










.










.












.

Setelah banyak berkeluh kesah dan tangis menangis. Laras baru tersadar tujuan nya menemui Yana yang sesungguh nya. Selain meminta maaf, dia ingin memastikan suatu hal.





"Yana..," Panggil nya lembut.







"Ya, Bu."










"Aku sempat mendengar ucapan mu yang mengatakan, kamu ingin Cahyo menyayangi anak mu juga seperti Widy itu apa? Kamu hamil? Bukankah kamu laki-laki?" terlihat sekali wajah nya menampakkan rasa penasaran yang amat tinggi.







"I-itu...,"





Yana terkejut dengan pertanyaan yang dilontarkan mantan mertua suami nya itu. Sejauh mana kah beliau ini mengetahui perbedaan diri nya dengan kebanyakan manusia normal yang lain nya.




Apa setelah ia jujur nanti, wanita ini bisa menerima nya dengan baik. Atau hanya sekedar berbelas kasihan. Bahkan hanya memanfaatkan keadaan nya seperti yang dilakukan suami nya sendiri itu.









"Yana, tolong jujur kepada ku. Aku ingin juga membantu mu seperti kamu membantu putri ku. Jujur lah, jangan khawatir jika aku akan menyebabkan masalah. Aku akan menyimpan nya baik-baik. Kamu bisa mempercayai aku." bujuk Laras.





Mendapat tekanan semacam itu, perbedaan yang belum berani ia sampaikan kepada orang lain itupun akhir nya ia ucapkan kepada Laras. Dengan nada yang lirih dan menunduk entah malu atau takut ia menyahut pertanyaan wanita paruh baya itu.








"Benar saya laki-laki, tapi bukan seutuh nya, Bu."









"Maksud kamu?"












"Mungkin bu Irina dulu pernah menceritakan tentang seorang anak yang kebingungan akan identitas diri nya kepada ibu." kata Yana lagi mengingat kan masalalu.





Untuk beberapa saat Laras sempat terdiam karena kebingungan. Apakah putri nya pernah bercerita hal itu kepada nya dulu? Hal yang mana ya? Sungguh dia belum ingat.





Baru dua menit kemudian otak nya seperti di perlihatkan rekaman pembicaraan nya dengan Irina suatu hari dulu. Masalah kesulitan yang di alami salah satu murid Irina di sekolah. Namun, saat itu Irina menolak untuk memberi tahu siapa identitas sang siswa. Dia hanya bilang bahwa itu adalah murid nya saja.








"Astaga..!! Apakah anak yang dimaksud Irina itu kamu Yana? Kamu.....," Laras menutup mulut nya syok.





"Iya..," Yana mengangguk sebagai validasi dari pernyataan Laras.











"Jadi kamu bisa hamil karena hal itu. Benar-benar suatu keajaiban." kata Laras tak nampak jijik seperti perkiraan Yana sebelum nya.



Yana mengangguk lagi sebagai jawaban.





"Lalu sekarang kandungan mu umur berapa? Apa karena Cahyo kurang perhatian di saat kamu hamil begini yang membuat mu sedih?" Tanya Laras menebak nebak hal yang mungkin terjadi.







Senja MerahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang