29

211 33 4
                                    

.28821



.





.







.






.

Hari hari pun telah berlalu, bahkan Yana tidak sadar bahwa sudah setengah tahun ia menjanda. Banyak hal yang ia alami ketika sendiri ini. Bukan hal yang baik saja. Hal buruk pun masih sering menghampiri nya akibat dari status nya yang janda di usia muda. Meski ia tidak tahu penceraian nya telah sah atau belum. Karena pada kenyataan nya ia telah memutus hubungan dengan keluarga besar keluarga Cahyo, semenjak meninggalkan rumah.



Meski menjadi bahan gunjingan tetangga. Yana tak ambil hati soal omongan orang terhadap diri nya. Semua orang berhak berucap dan berpikir. Biarkan Tuhan nanti yang akan menjawab pertanyaan pertanyaan mereka kepada dirinya. Ia tahu, Tuhan maha adil. Karena kalau ia terus meladeni mereka tidak akan ada habis nya. Bukan kah lebih baik ia memperbaiki diri.



Sekarang ia lebih banyak bersyukur atas apa yang telah terjadi. Lagipula ia rasa, beban di pundak nya pun telah berkurang. Saat ia ikhlas menjalani semua nya terasa ringan.




Kini ia telah berhasil memberitahu orang tua nya bahwa diri nya sudah tidak kuliah lagi. Kemudian menikah yang meskipun sekarang berakhir bercerai. Yana sudah mengantakan itu, walau pun ia tidak menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. Ia rasa itu sudah lebih dari cukup. Dan orang tua nya bisa menerima hal itu meski awalnya sedikit kecewa. Namun mereka tetap menerima keputusan yang diambil dirinya.





Saat ini Yana lebih fokus bekerja untuk biaya persalinan nya nanti. Orang melahirkan butuh biaya besar. Jika dalam bekerja ia tak giat. Uang nya hanya pas untuk kebutuhan sehari-hari saja. Oleh sebab itu ia tak terpikir kan lagi tentang masalalu nya. Yang ada adalah ia harus bekerja mencari uang agar semua kebutuhan nya terpenuhi. Karena kalau tidak diri sendiri yang berusaha, ia akan minta kepada siapa?







Berbeda dari Yana yang sudah mulai menata hidup nya lebih baik dari sebelum nya, Cahyo justru sebaliknya nya. Kehidupan pria itu menjadi berantakan setelah ditinggal pergi oleh Yana. Cahyo yang menyadari kesalahan nya serta keinginan nya yang tidak mau ditinggalkan oleh istri nya untuk kedua kali nya itu terus berusaha mencari keberadaan Yana.




Berbulan bulan ia pontang panting ke sana ke mari, berharap agar segera dipertemukan dengan sang istri. Nyata nya Tuhan tidak semudah itu mempertemukan mereka. Sampai sekarang kedua nya sama sekali tidak pernah bertemu. Meski keberadaan Yana  masih satu daerah dengan nya. Seharusnya tidak mustahil kan untuk pertemuan mereka. Tapi mereka memang belum ditakdirkan berjumpa. Sehingga sampai keadaan Cahyo yang jatuh sakit begini, mereka belum berjumpa lagi.







Setelah masuk rumah sakit, bukan membaik, justru penyakit Cahyo semakin parah. Hingga membuat diri nya terpaksa harus diistirahatkan total. Itu pun, hari hari nya tubuh Cahyo malah semakin lemah tak berdaya, kurus, kering tak tertolong. Sebab penyakit yang dialami Cahyo itu bukan hanya fisik namun batin nya juga.




Batin nya tersiksa. Pikiran nya tertekan. Sehingga seberapa banyak obat yang masuk  ke dalam tubuh nya pun tak akan mempan. Jikalau si empu sendiri tak punya keinginan untuk segera sembuh.







Bagus yang tidak tega melihat keadaan memprihatinkan kawan nya itu pun saat tak sengaja berjumpa dengan Yana berusaha membujuk nya kembali. Karena ia paham penyakit Cahyo menjadi lebih parah itu karena terus memikirkan keberadaan sang istri. Jika Yana sudi berjumpa barang sebentar saja dengan Cahyo, siapa tahu kawan nya itu bisa membaik. Tapi nyata nya, Yana sama sekali tidak sudi untuk melakukan nya.






"Bukan maksud saya menyepelekan perbuatan tante Gitayu yang telah beliau lakukan kepada mu, Yana. Saya tahu pasti, hal itu sangat menyiksa batin. Tapi apa kamu tidak kasihan dengan Wisnu dan putri nya. Mereka sangat membutuhkan mu. Apalagi Wisnu, keadaan nya tidak baik - baik saja. Tidak mau kah kamu menjenguk nya barang sebentar saja?" bujuk Bagus penuh harap.





"Pak Bagus tidak tahu apa yang telah terjadi sebenarnya. Jangan kan menjenguk, menyebut nama nya saja saya tak akan mau. Jadi tolong jangan meminta hal mustahil itu kepada saya." jawab nya dingin.





"Yana.., sekeras itukah hati kamu? Memang keadaan kalian sekarang telah berpisah, tapi Wisnu itu masih suami kamu. Pengadilan belum meresmikan perceraian kalian." kata nya terus berusaha.






"Pak Bagus.., tolong. Tolong jangan paksa saya. Saya ingin tetap menghormati bapak seperti dulu. Jangan karena dia teman bapak, anda terus terusan membela nya. Jika bapak menahan saya cuman mengatakan hal ini saja, saya pamit permisi. Masih banyak hal yang harus saya kerjakan." tegas nya melenggang pergi.





" Yan..!! Yan...!! Yana.., tolong dengarin saya dulu....!!" teriak Bagus yang sama sekali tak Yana gubris.







Cih.., untuk apa diri nya repot-repot menjenguk orang yang telah membuat hidup nya sengsara. Tidak akan. Begitu pikir Yana yang terlalu sakit hati. Luka nya membekas terlalu dalam pada diri nya. Dan ia belum bersedia memaafkan kesalahan pria itu.


TBC

Aooo..., ayo diramein part ini.
Siapa tahu, mood ku bagus up lagi.
Xixiixixixi...,
Selamat membaca.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Senja MerahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang