.1382020
.
.
.
Sebulan pertama pernikahan nya. Yana merasa sangat tersiksa. Ia sangat kelelahan harus mengurus ini itu sendirian. Terkadang ia sampai menangis saking lelah nya. Ia tak biasa seperti ini. Mengurus bayi yang sebentar bentar nangis. Bahkan mengganggu waktu istirahat malam nya. Jika tiba tiba bayi Widy terbangun tengah malam. Ya meskipun bayi nya itu tidak serewel bayi biasa nya. Bayi tetap lah bayi yang sedikit sedikit pasti nangis. Sehingga butuh perhatian dan tenaga ekstra untuk merawat nya.
Belum lagi pekerjaan rumah yang entah mengapa seakan tidak pernah habis. Selalu saja ada. Lantai kotor, cucian menumpuk, piring piring kotor. Arrkhh.., semua nya membuat nya lelah. Seakan semua yang ia kerjakan itu tidak ada hasilnya.
Penderitaan Yana bertambah lengkap jika suami nya itu berkata kata pedas mengomentari masakan nya yang tak sesuai selera. Ingin rasa nya dia menguburkan diri nya saja. Ia tidak bisa masak, dia baru belajar masak ya setelah menikah ini. Namun, dengan kejam nya pria itu tidak menghargai usaha nya. Seakan semua yang ia lakukan itu serba salah. Masak ini salah, masak itu salah. Gak masak di maki maki. Pokok nya menjadi istri dari dosen nya ini tidak ada enak nya.
Tidak hanya itu setiap hari diri nya harus kuat mental mendengar gunjingan tetangga suami nya. Yang mengatakan diri nya pake pelet lah, ingin harta nya lah, pelakor lah. Pokok nya di mata tetangga nya Yana sama sekali tidak ada baik baik nya. Title buruk telah melekat erat dalam diri nya selama ini. Siapa juga yang tidak down memdengar kritik kritikan pedas itu.
Hey.., di sini diri nya itu bisa di samakan sebagai korban. Tapi seolah diri nya ini adalah pelaku kejahatan. Kejam sekali mulut tetangga ini. Tak tau kenyataan malah seenak nya menjudge diri nya yang tidak tidak.
Tidak itu juga sih yang membuat Yana terkadang sangat menyesal dan ingin kabur saja dari sini. Diri nya dituntut bersikap dewasa lebih cepat oleh suami nya. Harus bisa ini itu di depan orang lain atau keluarga sang suami. Jangan sampai membuat suami nya itu malu karena diri nya yang masih bocah ini.
Jika tidak ingat bayi Widy yang perlu diri nya dan kebaikan Irina semasa hidup nya dulu. Sudah pasti Yana segera kabur dan tak berlama lama lagi tinggal bersama orang berhati dingin macam suami nya ini.
Saat bercermin rasa nya Yana miris sekali dengan hidup nya. Wajah nya yang dulu terlihat selalu memacarkan binar bahagia. Kini tiada lagi. Hanya tampang mendung menyelimuti nya. Diri nya juga terlihat kumal. Saking diri nya yang masih belum terbiasa mengurus semua ini sendiri. Ia sangat kesulitan melakukan kan semua. Andai saja dulu ia tak malas. Pasti dia akan dengan mudah melakukan pekerjaan rumah ini. Tapi nyata nya memang telah begini, ia menyesal dulu kurang mendengar nasehat ibu nya agar selalu rajin dan tidak malas.
"Gilak.., masa' sih tingggal segini?!" Pekik Yana kaget melihat angka yang tertera di timbangan berat badan ditigal itu yang menunjukkan angka empat puluh tiga.
"Pantesan baju sama celana kerasa longgar banget." Guman nya lagi menyadari bahwa pakaian yang dulu pas di tubuh nya. Kini nampak kedodoran saat ia pakai. Ternyata efek penurunan berat badan nya yang drastis. Dari empat sembilan ke empat puluh tiga hanya dalam satu bulan saja. Mungkin itu gegara diri nya yang selalu bekerja mulu dan jarang makan.
"Hei..!!! Kenapa aku malah memusingkan berat badan? Aku kan bukan perempuan. Kau ini aneh, Yan. Ck.. ck.. ck.., kenapa otakku jadi ngawur gini ya?!" gumannya memukul sedikit kepalanya karena merasa dirinya aneh.
"Ah.., lebih baik aku mandi saja. Siang siang gini mandi kan seger. Mumpung Widy masih tidur, pak Wisnu juga belum pulang."
Yana pun berjalan ke kamar mandi dan dengan santai mandi sambil bersenandung riang menikmati waktu longgarnya itu. Sampai sampai ia tidak sadar jika mandinya itu sampai menghabiskan waktu hampir satu jam lamanya. Begitu keluar kamar mandi, dirinya kaget tidak melihat Widy di box bayinya. Buru buru ia keluar kamar mencari cari keberadaan si putri dengan hanya memakai bathrobe saja.
"Eh.., pak Wisnu sudah pulang?" kejut Yana melihat suaminya itu duduk di ruang tengah sambil mengendong putrinya.
"Sudah dari tadi. Kamu tadi mandi atau mati? Lama banget. Makan siang juga belum ada. Gimana sih?"
"Uuhmm.., maaf, pak. Saya gak sadar tadi."
"Kalau tadi gak sadar sekarang jangan gak sadar juga. Cepat ganti baju sana lalu masak. Lelet banget jadi orang."
"Ba-baik, pak. Saya permisi."
Tbc
Special tag buat PeachRK yang sudah setia nunggu. Taraa.., aku munculin lagi nih book buat kamu. 😁
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja Merah
Fanfiction"Saya butuh kamu lebih dari yang saya kira sebelum nya ternyata" Warning!!! Hj!uke!bott!sub No bad comment dear❤ 14agus20-7okto20