81020
.
.
.
.
Setelah berkata seperti itu, Cahyo membanting tubuh kurus Yana di kasur nya. Menduduki nya lalu dengan kasar mengikat pergelangan tangan Yana dengan dasinya yang berada di atas meja.
" Hiks.., paakk.., tolong lepasin, saya. " Yana menangis diperlakukan seperti itu.
Dia memang gampang menangis sebagai seorang laki-laki. Hatinya itu tidak sekeras lelaki pada umumnya. Dibentak dan dikatain, pasti dia sudah menangis. Apalagi diperlakukan secara kasar begini. Dan ditambah lagi, ia tahu akan menerima sesuatu yang tidak ia ingin kan. Memberikan tubuhnya kepada suaminya.
Mungkin dia memang terlihat seperti seorang yang tidak tertarik dengan wanita karena perilaku dan sifatnya yang terlampaui lembut untuk seorang laki-laki. Tapi pada sebenarnya, Yana masih menyukai seorang wanita. Meski tahu dirinya memiliki banyak kekurangan yang menyebabkan seorang wanita mungkin enggan berdekatan dengan dirinya.
Sementara Yana menolak melakukan hubungan suami istri dengan nya. Cahyo terlihat semakin bernafsu ingin merasakan tubuh si istri. Dia membelai wajah manis Yana yang secara tidak sadar mulai ia kagumi beberapa hari ini. Mengusap usapnya lembut, kemudian menangkup kedua pipi itu dan mencium bibir merah ranum yang membuat nya gila begini.
"Saya suka bibir ranum ini. Rasanya sangat manis."
Puas bermain dengan bibir dan leher Yana. Cahyo beralih ke bagian bawah si istri. Tak sabaran ia melucuti paksa pakaian bawah nya. Karena dia sangat penasaran dengan hal itu. Penglihatan nya waktu di kamar mandi itu belum puas. Sebab hanya sekilas saja. Lagi pula, Yana juga membelakangi nya waktu itu.
"Wow...!!! Apa ini? Tak di sangka ternyata, kau tak sepenuhnya laki-laki, Yana."
"Ti-tidak..., tidak., pak..!! Tolong lepaskan saya...,"
Yana semakin kuat memberontak dan memohon untuk dilepaskan dari jeratan sang suami. Akan tetapi Cahyo sudah kepalang bernafsu melihat bagaimana wujud sang istri sebener nya.
Bukan berhenti, dia malah mengendus endus paha dalam Yana. Meresapi aroma tubuh khas milik istrinya yang ternyata sangat menggairahkan itu. Ini terlampaui memabukkan. Dengan gerakan tiba tiba ia menggigitkan giginya di permukaan kulit yang terasa halus itu. Cahyo merasa mabuk sekarang.
Yana tak kuasa menahan lelehan air matanya. Dia hancur sekali disentuh begini oleh Cahyo. Dia merasa sangat dilecehkan. Walau kenyataannya Cahyo tak bersalah. Pria itu suaminya. Sudah haknya untuk menyentuh, menikmati setiap inci dari tubuhnya. Pria itu berhak.
Cahyo menghetakkan milik nya sekali gerak. Dan itu sukses membuat Yana berpekik tertahan. Rasa ngilu, perih, dan sakit bercampur jadi satu. Yana tak kuat merasa kan nya. Air mata nya juga sudah membasahi kedua pipi nya. Tapi ia tak berani mengeluarkan suara. Selain merintih lirih sekali. Karena takut dengan pelototan sang suami.
Cahyo tersenyum senang saat melihat bercak kemerahan di bawah sana. Menguntung kan sekali ia menikahi Yana. Ternyata dia masih segelan sampai menikah. Disaat anak SMA sekarang yang sudah tidak asing dengan pergaulan bebas. Istri nya ini malah masih terjaga. Benar benar bocah yang lugu ya istri nya ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja Merah
Fanfiction"Saya butuh kamu lebih dari yang saya kira sebelum nya ternyata" Warning!!! Hj!uke!bott!sub No bad comment dear❤ 14agus20-7okto20