24

240 32 11
                                    

.2221















.















.















.


Selesai melakukan pengecekan itu, Yana pergi ke dapur untuk membuat teh hangat. Mungkin dengan itu rasa mual nya akan reda.








Di sana ia berdiam diri sejenak sambil menikmati teh buatan nya sendiri. Sembari memikirkan beberapa hal yang terus bergumul di otak nya. Apa lagi kalau bukan soal anak nya. Harus kah ia memberitahu keberadaan nya saat ini kepada sang suami. Sedangkan di kehamilan nya yang sebelum nya saja pria itu tidak peduli.











Namun, di sisi lain pun hati nya menginginkan pengakuan bahwa pria itu juga menyayangi anak yang telah dikandung nya ini. Apakah keinginan nya sebagai istri ini berlebihan? Tapi jika ia memberitahukan nya, ia takut penolakan dan tatapan tidak peduli itu lagi. Ia takut mendapatkan respon tidak sesuai ekspetasi nya lagi. Takut, takut sekali.










"Sudah lah, Yan. Jangan berlebihan berharap, lebih baik kamu masak saja sekarang." guman nya tak mau memikirkan hal yang membuat nya sakit hati lagi.



.


















.



















.

Nyata nya praduga dia beberapa hari lalu itu tidak lah meleset. Terbukti setelah tak sengaja ia keceplosan mengaku tengah berbadan dua kepada salah satu keluarga Cahyo di acara Ulang Tahun Gitayu tadi.









Sekarang terjadi keributan yang disebabkan hal tersebut. Gitayu marah besar mengetahui bahwa Yana sekarang sedang mengandung cucu nya. Wanita paruh baya itu mencoba menyangkal. Ia mengatakan bahwa janin yang Yana kandung itu milik pria lain.









Ia tak percaya bahwa putra nya mau menyentuh orang seperti diri nya. Karena selama ini yang ia percaya adalah pernikahan anak nya hanya sebatas status tanpa hubungan lebih. Padahal kenyataan nya tidak seperti bayangan nya. Bahkan kehamilan Yana ini bukan lah kehamilan yang pertama.












Ditengah - tengah posisi Yana yang tak bagus itu Cahyo malah sama sekali tidak mengeluarkan suara. Tak ada satu kata pun yang ia gunakan untuk membela Yana yang sekarang menjadi bulan bulan Mama nya. Dan menjadi bahan hinaan dan ejekan keluarga yang lain.











Mata Yana memerah menahan air mata dan rasa perih dihati nya. Ini sudah lebih satu tahun pernikahan mereka berdua. Dan lagi lagi saat diri nya dalam posisi tidak baik Cahyo selalu mengabaikan nya. Kenapa hanya pil pahit yang Yana dapat dalam pernikahan ini? Kenapa?!!













Sebagai seorang istri ia ingin juga dibela dan dilindungi oleh suami nya. Tapi kenapa Cahyo selalu begini kepada nya? Ia tahu pria itu tidak mencintai nya. Tapi setidak nya pria yang berpendidikan itu tahu kan cara menghargai seorang istri terlebih lagi yang sedang mengandung anak nya.















Tapi kenapa dia hanya diam saja sekarang melihat perlakuan buruk keluarga nya kepada sang istri di depan mata dia sendiri. Jelas - jelas perlakuan itu sangat menghinakan dan menjatuhkan martabat. Mereka menganggap Yana makhluk rendahan yang tak pantas dihargai.















Hati Yana muak dan dongkol sekali menerima perlakuan tidak adil begini. Haruskah ia tetap menjadi orang bodoh yang menerima segala hujatan yang tak pantas ia dengar. Haruskah ia tetap menjadi patung yang diam saja saat dihina begini? Tidak, kesabaran nya sudah habis.












Kali ini Yana tidak mau mengalah lagi. Tidak mau diperlakukan kasar lagi. Dia akan melawan tingkah biadab mereka yang menginginkan anak yang sedang ia kandung ini mati. Tak akan ia biarkan lagi ia kehilangan permata nya lagi.













Gitayu yang tidak menerima kehadiran calon cucu itu, memaksa Yana untuk menggugurkan kehamilan nya. Lagipula bukan hal sulit bukan untuk melakukan nya lagi. Bukankah menantu nya itu bilang dua kehamilan yang sebelum nya tiada karena keguguran. Jadi untuk kali ini jika Yana keguguran lagi sudah biasa kan? Begitu pikir nya.













Wanita itu mengancam jika Yana menolak menggugurkan kandungan nya maka pernikahan nya dengan Cahyo harus berakhir hari itu juga.










Yana yang sudah lelah itu tentu saja menolak nya dengan tegas,









"Jika itu memang kemauan Nyonya, saya menerima nya. Saya bersedia bercerai dengan pak Wisnu. Hn.., memang apa untung nya juga mempertahankan pernikahan yang menyakitkan ini. Dulu saya bertahan karena Widy membutuhkan saya. Sekarang Widy sudah besar, sudah waktu nya saya pergi. Bercerai dan kehilangan semua yang telah dijanjikan pun saya tak peduli." jawab Yana tanpa keraguan.













Jawaban Yana yang tanpa keraguan itu membuat Cahyo semakin tidak berkutik. Dia tidak percaya istri nya itu mampu menjawab sedemikian rupa. Ia semakin tak percaya apa yang telah terjadi saat melihat Yana yang memilih pergi meninggalkan rumah itu tanpa sepatah kata lagi. Benar-benar pergi begitu saja.









TBC

Up lagi, jangan lupa ramein,

Coba tebak apakah Yana sama pak Cahyo bakal bercerai beneran atau mereka bakal baikan lagi?

See next part

😘

😘

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Senja MerahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang