11/5/20
..
.
.
Hari hari selanjut nya Yana tetap masuk kuliah seperti biasa nya. Sambil mencari cari lowongan kerja part time tambahan lagi. Uang kerja hasil les privat nya itu hanya cukup membantu nya membayar kost saja. Jadi ia mau tidak mau harus mencari pekerja lain yang gaji nya dapat menutupi biaya hidup nya yang tak seberapa itu namun bagi nya sudah sangat luar biasa berat nya.
Sepanjang malam diri nya tak berhenti memanjatkan doa agar diberi kemudahan menjalakan semua nya. Berharap juga agar waktu pembayaran itu bisa ditangguh kan sampai uang nya cukup untuk melunasi nya. Sekarang sih belum di singgung oleh pihak kampus. Karena masih awal semester.
Tak di sangka nya saat diri nya berjalan menyusuri trotoar mencari pekerjaan. Diri nya dipertemukan kembali dengan seseorang yang amat berjasa bagi nya. Bu Irina nama nya, guru bk waktu dia masih SMP. Bu Irina yang mengetahui dia yang yang hendak putus sekolah karena tidak ada biaya waktu itu. Bersedia menanggung biaya SPP nya agar diri nya tetap semangat belajar. Ia amat bersyukur dan berterima kasih atas kebaikan beliau tersebut.
Ia pun menghampiri wanita berwajah ayu itu, menyapa nya. Dan ternyata beliau ini masih sangat mengenal nya. Mereka berbincang bincang ringan menanyakan kabar satu sama lain. Sama seperti saat orang yang sudah lama tak bertemu. Dan baru ia sadar jika wanita itu sedang mengandung saat beliau menceritakan nya.
Ternyata bu Irina telah menikah sejak dua tahun yang lalu. Astaga, dia benar baru mendengar kabar bahagia ini. Ia ikut senang dengan hal itu. Obrolan mereka terus berlanjut dan tanpa di duga sebelum nya. Sebuah mobil dengan dengan kecepatan tinggi menyerempet tubuh bu Irina. Hal itu terjadi tiba tiba dan belum sempat Yana berbuat apa apa. Bu Irina sudah terjatuh dengan darah segar mengalir di kaki nya. Ia panik dan mencoba meminta pertolongan orang sekitar nya.
Untung nya banyak orang yang bersedia membantu nya membawa bu Irina ke rumah sakit. Setelah bu Irina masuk ke IGD, Yana mencari cari Hp bu Irina di tas nya. Ia tahu itu tidak lah sopan. Tapi diri nya harus memberitahu keadaan bu Irina kepada keluarga nya segera kan.
Tak lama setelah ia menelpon seluruh nomor telepon yang ia yakini keluarga bu Irina. Mereka pun datang dengan wajah yang luar biasa kalut dan sedih. Dan apalagi dua wanita paruh baya yang ikut juga datang. Mereka terlihat menangis tersedu sedu mendengar penjelasan nya. Yana sama sedih nya melihat itu karena diri nya lah yang melihat sendiri bagaimana wanita ayu itu terhempas oleh mobil yang ugal ugal tersebut. Pemandangan yang amat ngeri jika di ingat ingat.
Karena merasa diri nya sudah tidak dibutuhkan kembali. Ia pun berpamitan pulang. Dan di saat diri nya baru sampai kostan nya. Dia mendapat kabar bahwa bu Irina telah menghembuskan napas terakhir nya setelah melahirkan sang buah hati. Yana amat terpukul dengan berita duka itu. Bahkan diri nya belum sempat membalas kebaikan bu Irina. Namun wanita itu telah tiada.
Keesokan hari nya Yana ijin kepada Felix, sebagai ketua kelas nya, untuk tak mengikuti mata kuliah hari itu. Yana tentu saja tidak melewatkan kesempatan terakhir nya bertemu dengan bu Irina. Jadi dia rela tak ikut perkuliahan dan bahkan mengambil uang tabungan nya untuk digunakan pergi ke kota sebelah guna menghadiri pemakaman bu Irina.
.
.
.
.
.
Baru kemarin dia berduka atas kepergian bu Irina untuk selama lama nya. Hari ini Yana dipukul lagi dengan kenyataan pahit bahwa diri nya akan di berhentikan dari kampus jika tak dapat segera melunasi biaya perkuliahan nya. Tidak ada kompensasi bagi nya. Karena kompensasi itu sudah ia dapat saat diri nya boleh menunda pembayaran daftar ulang. Dan uang semester nya harus di bayar segera dalam waktu seminggu.
Seminggu mendapat uang sebanyak itu dari mana? Yana bingung dan frustasi harus bagaimana. Ia menangis terisak isak di kamar kost nya setelah pulang dari kampus karena hal tersebut. Di tengah tangisan nya tersebut, hp nya berdering menandakan ada panggilan yang masuk. Nomor tidak di kenal. Dia mencoba abai pada awal nya. Namun, dering itu tidak berhenti. Akhir nya Yana pun mengangkat panggilan tersebut.
Dan dia terkejut saat tahu bahwa itu adalah suara pak Wisnu, dosen pembimbing akademik nya untuk mata kuliah musik modern. Dosen yang terkenal dingin dan galak di kalangan mahasiswa. Yana was was mendapat telepon itu. Apa karena kemarin diri nya ijin tidak masuk kuliah ya? Tapi kemarin kan pak Wisnu tidak ada jam mengajar. Lalu untuk apa beliau marah kepada nya karena tak mengikuti mata kuliah nya. Kalau bukan masalah itu apa lagi ya?
"Yana, bisa kamu sekarang ke rumah saya?!"
"Ke rumah bapak?"
"Iya ke rumah saya."
"Saya tidak tahu alamat rumah bapak." Jawab Yana jujur.
"Bukan kah kamu kemarin ikut melayat di pemakaman istri saya? Apa kau amnesia tiba tiba saat saya suruh kemari?" Pedas orang di seberang sana.
"Istri? Maksud nya bu Irina. Bapak suami nya bu Irina?" Tanya Yana kaget.
"Iya pikir mu bagaimana?! Cepat datang ke sini. Kita butuh bicara penting."
"Baik, pak." Setelah nya sambungan telepon terputus akibat diakhiri oleh si penelpon.
Tbc
Irina Candradiguna (Bae Irene)
Cahyo Wisnu Candradiguna (Park Chanyeol)Ade Wira Narayana (Hwang Hyunjin)
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja Merah
Fanfiction"Saya butuh kamu lebih dari yang saya kira sebelum nya ternyata" Warning!!! Hj!uke!bott!sub No bad comment dear❤ 14agus20-7okto20