20.《 What will Happen? 》

11 9 9
                                    

Mataku terbelalak dengan mulut yang menganga. Dari ciri-cirinya sudah tidak salah lagi, makhluk yang Amel maksud adalah tuyul botak yang sempat ku temui disekolah. Jikalau ia bohong dan hanya bercanda tak mungkin kan ciri-ciri nya sama dengan apa yang ku lihat disekolah. Tapi apa tujuan tuyul itu mengikutiku sampai rumah?

"Kenapa kak? Jadi bener itu temen buat Amel?" Tanya Amel semangat.

"Se.. sekarang tuyul nya kemana?" Pertanyaanku membuat Amel bingung. Beberapa detik kemudian aku menyadari kesalahan ucapanku.

"Eh maksud kakak, dia sekarang ada dimana?"
Tanyaku benar-benar penasaran.

"Tadi kan Amel nyariin kakak ke kamar, eh kak Alpin nya gak ada malah ada anak itu yang lagi main lompat-lompatan" aku menyengir sambil bergidik.

"Lompat-lompatan maksudnya?"

"Iya kak, dia tadi lagi lompat-lompat diranjang kakak sambil terus tertawa" perkataan Amel membuat ku tersedak. Dasar tuyul gila!

Aku terdiam sejenak. Tuyul itu kan sejenis hantu, mana mungkin aku bisa melihatnya? sedangkan aku tak memiliki kemampuan indigo. Tapi.. disekolah tadi bukankah aku dapat melihat wujudnya dengan jelas?

Tanpa banyak berpikir aku pun beranjak dari kursi. "Ayo ikut kakak!"

Ku letakkan gitarku dan bergegas menuju kamar. Amel pun mengikutiku dari belakang.

......
......

Perlahan aku memberanikan diri memegang gagang pintu kamarku. Sebenarnya aku sangat ragu untuk memasuki nya. Perasaanku kali ini benar-benar gelisah, jantungku berdebar, kringat dingin mulai mengucur pelipisku. Apa aku takut? Ah tidak mungkin.

"Cap cap cap" kecapan dari mulut Amel terdengar ditelingaku. Aku menunduk, melihat Amel yang sedang menatapku dengan raut wajah ambigu.

"Kakak takut ya?" Tanyanya sambil memakan es krim yang entah sejak kapan ia mengambilnya.

"Gak" singkatku.

Dengan cepat aku mendorong pintu kamarku. Saat didalam ku edarkan pandangan ku ke sekeliling, namun kamar ku tetaplah kosong.

"Mana? Gak ada?" Aku mendecak kan lidah dan  berbalik ke Amel yang berada dibelakangku.

Amel juga demikian ia terus menilik sekitar. Apa emang si tuyul itu udah gak ada lagi disini?
Perlahan Amel melangkahkan kakinya menuju ranjangku. Beberapa saat kemudian ia menghampiriku.

"Sstt.. dia lagi sembunyi" bisik Amel.

"Sembunyi dimana? Cepat katakan!" Desakku.

Aku geram sekali pada hantu-hantu yang suka menggangguku, mereka selalu mempermainkanku, seandainya aku indigo pasti seluruh hantu didunia ini akan ku musnahkan! Perkataan Amel ada benarnya, tuyul itu memang telah memasuki kamarku.

Buktinya sprei di kasurku nampak berantakan, seperti ada yang habis menginjak-injaknya. Dan lagi sebelum aku keluar kamar ranjangku masih rapi. Atau mungkin ini kelakuan Amel yang sengaja memberantakkan sprei ku seolah-olah bukan dia yang melakukan?

"Mel, kalo emang dia berada disini tunjukkan pada kakak! Dan ini bukan kelakuan kamu sendiri kan? Tanyaku berhati-hati. Tapi ekspresi yang ia berikan datar-datar saja, sama sekali tak menunjukkan kemarahan jika ia merasa ku tuduh. Berarti jelas ia tak berbohong.

"Bukan kak, dan sepertinya dia takut sama kak alpin, makanya dia sembunyi" jawabnya dengan mulut yang berlepotan es krim.

"Sembunyi dimana?"

"Dibawah ranjang" singkatnya sambil sibuk menyendok es krim diwadahnya.

Aku berjalan mendekati ranjang, dan betapa kesalnya aku, sprei ku kali ini benar-benar kotor dengan bekas kaki kecil yang jumlah nya cukup banyak. Dan lagi ini sprei berwarna putih. Dari sini aku percaya bahwa tuyul sialan itu memang telah menjelajahi kamarku.

The Headmaster's GrudgeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang