16.《 Mencari bukti 》

19 8 9
                                    

Aku terbangun kemudian menilik sekitar, melihat atap yang berbeda dengan ruang kamar ku, dimana aku? Ternyata aku tertidur di kasur ini semalaman, tapi ini dimana. Ku lihat banyak sekali jajaran ranjang disekitar ku, aku mulai bangkit dari tidurku.

"Ah ini dimana? Dan siapa yang membawaku kemari?" Batin ku terus bertanya-tanya. Dan lagi aku hanya sendirian di ruangan ini. Tak lama kemudian aku mulai mengenal tempat ini , ternyata aku berada di UKS sekolah.

"Semalam kaan.." aku tersentak mengingat kejadian mengerikan semalam, kepergian Andin membuat ku terduduk lemas tak berdaya, mataku mulai berkaca-kaca dan selepas itu aku mulai memecahkan tangis ku.

"Andiiinnnn!!! Kenapa kamu ninggalin akuu, huaaa, hiks hiks!" Aku menjerit tanpa ada seorang pun yang mendengarnya, karna ku tahu bahwa aku hanya sendirian disini.

"Kriiieeettt" perlahan pintu ruangan ini terbuka. Menampak kan sesosok perempuan
memakai daster putih, berambut panjang. Tubuhku bergetar, bulu kuduk ku berdiri seketika. Tapi aku mengenalinya, dan dia adalah_ _ _sahabatku, Andin. Ia berdiri memandangi ku dari pintu, wajahnya pucat, dan tak seperti biasanya. Sosok Andin menatapku dengan raut sedih.

Tangis ku terhenti. Aku mengernyit membalas tatapan nya, bukankah Andin sudah mati? Lantas siapa dia?

Ia berjalan pelan menghampiriku. Aku terkesiap, jantung ku bergetar hebat dan terus bergidik, dengan sigap aku lantas berdiri, berusaha menghindar dari makhluk ini.

"Jangan mendekat! Kau bukan sahabatku! Kau adalah hantu!" Pekik ku ketakutan.

Sosok menyerupai Andin ini tersenyum mendengar ucapanku. Sebelum berucap.

"Benar, aku adalah hantu, tapi aku tetaplah sahabatmu Kinan!" Ujarnya lembut.

"Kau tak perlu takut padaku, karna ini yang ku mau! Aku mengorbankan nyawa ku hanya demi menyelesaikan misi ,dan segera memberhentikan korban kematian yang terjadi terus-menerus di sekolah ini" sambung nya membuat ku tercengang.

"Hah? Jadi kamu beneran sahabatku Andin?, lalu jika kau arwah nya, mengapa aku bisa melihatmu, bukankah yang dapat melihat makhluk tak kasat mata, hanyalah orang-orang tertentu? " tanyaku tak percaya.

"Ya, kau juga termasuk orang-orang tertentu itu" tukasnya membuatku menautkan alis.

"Maksud kamu, apa aku dapat melihat hantu mulai saat ini?"

"Tentu saja"

"Ah aku tidak mau! Aku ingin jadi manusia normal seperti sedia kala!" Pekik ku kesal.

"Kalau kau tak mau, secara tidak langsung kau juga tak ingin bertemu dengan ku lagi kan? lagi pula ini sudah takdir mu Kinan!" Ujarnya lempeng.

"Ja..jadi aku Indigo?"

"Ya benar sekali, mulai sekarang kau bisa melihat hantu yang bermacam-macam rupa, dan suatu hari nanti kau juga akan melihat wujud terakhirku" aku terkejut mendengar ucapannya.

"Itu bukan masalah, yang penting aku bisa tetap bersamamu Andin, aku tak mau sendirian, kau tahu kan bahwa aku selalu kesepian. Dan kenapa kau melakukan itu Ndin? Apa kamu tak kasihan padaku, tiga hari yang lalu bibiku meninggal, dan sekarang sahabat ku satu-satu nya juga meninggalkan ku, mengapa??" Ujarku panjang lebar.

"Hm, tujuan ku mengakhiri hidup hanya ingin menyelidiki seluk beluk terjadi nya kasus pembunuhan ini, dan mulai sekarang aku akan mencari tahu siapa pelaku nya"

Setelah lama berbincang-bincang dengan hantu Andin, aku memutuskan untuk pulang, beruntung ini hari minggu. Maka meskipun aku berada disekolah tak ada yang mengetahui nya. Bisa dikatakan nginap untuk semalam.

The Headmaster's GrudgeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang