19.《 Teman untuk ku? 》

13 8 10
                                    

Ja..jadi makhluk kepala botak itu, Tu..tuyul?
Ku kucek kedua mataku dan melihatnya dengan seksama, siapa tau hanya halusinasiku, Namun hasilnya pun sama, makhluk itu tetaplah santai duduk berjongkok dikepala Doni. Dan nampak nya Doni merasakan kehadirannya. Aku yakin bahwa ia tak dapat melihat benda botak itu.

Sesekali Doni meringis memegangi perutnya, bukankah, yang sedang diganggu tuyul itu kepalanya? Tapi kenapa dia merasa kesakitannya dibagian perut?

Tidak ada cara lain, aku harus mengusir makhluk itu. Saat aku ingin beranjak, bel kembali berbunyi menandakan bahwa jam pelajaran telah selesai.

Kriingg kriingg...

Seisi kelas gaduh dan ramai, yang sebelumnya suasana begitu hening. Karena fokus dengan materi yang diberikan bu Mega. Ada yang berdiri, teriak-teriak, tertawa, sambil berkemas memasukkan buku ke dalam tas nya masing-masing.

Aku bermaksud menghampiri Doni yang murung itu, ia tak seceria biasanya, benar saja karena diganggu tuyul bukan?

Karena kelas mulai berisik, ini kesempatanku untuk mengusir tuyul itu. Baru saja aku bangkit dari kursi, tiba-tiba..

Dor..dor..dor..!!

"Diam!!" Bentak bu Mega sambil memukul penggaris kayu ke papan tulis.

Suara lantang bu Mega membuat seisi kelas terdiam tak berkutik. Reflek aku duduk dengan cepat.

"KALIAN INI BUKANNYA BERKEMAS MALAH BERISIK!! ADA YANG TERIAK-TERIAK!, SUDAH DEWASA TINGKAHNYA KAYAK ANAK SD! GAK MALU KALIAN SAMA KELAS LAIN?!" pekik nya, dan kami pun hanya menunduk bersalah.

Selepas kejadian itu, kami semua dipulangkan. Seperti biasa sebelum pulang aku masih menyempatkan ngobrol dengan teman se gengku. Siapa lagi kalau bukan Reno dan Adev.
Karena Kinan tentu nya sibuk mempersiapkan ujian untuk besok.

"Fin, lu tadi ngapaain nampar-nampar kaca? Halusinasi lu?, lagian mana ada nyamuk sih disekolah ..hahaha" ledek Adev sambil terbahak.

"Ya emang kaga ada nyamuk lah" sahutku ketus, membuat Reno dan Adev mengernyit heran.

"Lah terus, lu tadi kenapa?"

Beberapa detik kemudian aku sadar atas perkataanku. Duh, ngapain gue bilang gitu.. gimana nih, apa gue jujur aja? Tapi mana mungkin mereka percaya?

"Oi, malah bengong, lu tuh kenapa sih Fin? Emang lu tau sesuatu? Cerita dong sama kita!"

"Iya, nih orang dari tadi gelagatnya mulai aneh, napa lu emangnya?!"

Mereka terus mendesak ku, apa gue cari alasan lain aja? Ah, masa' bohong lagi.. mending gue critain aja soal tuyul itu.

Aku memandang mereka bergantian sebelum berujar. "Gue tadi itu.."

"Huweek..huweekk.."

Perkataanku terpotong, mendengar suara orang yang sepertinya sedang muntah. Dengan cepat kami bertiga menoleh ke arah sumber suara serentak. Ia berada tak jauh dari kami berdiri. Lelaki membungkuk, yang tak asing bagiku.

"Itu Doni bukan?" Tanya Reno.

Tanpa menjawab, aku lantas berlari menghampiri Doni, karena dikelas aku sulit menemuinya, dan beruntung ia belum pulang.

"Don.. lu kenapa? Kok bisa muntah sebanyak ini?" Tanyaku khawatir akan keadaannya.
Yang kulihat ia nampak kesakitan, hingga muntah diteras kelas lain, aku yakin Doni tidak sengaja melakukan ini. Dan tidak ada maksud mengotori area kelas ini.

Adev dan Reno pun ikut menyusulku, pasti mereka juga penasaran atas apa yang terjadi pada Doni.

Ia menengadah kearah ku dengan wajah memucat, bibir nya bergetar, aku sungguh tak tega.

The Headmaster's GrudgeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang