17.《 Terungkap 》

27 8 10
                                    

~Pukul 09.45~

"Mitaa.. lu yang sabar ya, jangan nangis terus.."

"Kita ikut sedih nih liatnya"

"Hik hik.. gimana gue gak sedih, bahkan dia itu sepupu gue satu-satu nya, yang udah gue anggep sebagai kakak kandung sendiri!"

"Mungkin ini sudah takdir nya Mit"

"Gue gak nyangka, kak Karin pergi secepat ini.. dan yang masih membuatku penasaran, siapa yang bikin kak Karin masuk ke ruang lantai tiga? Padahal jelas dia tau kalau lantai tiga itu jarang ada yang mengunjungi!"

"Atau jangan-jangan.. ada hantu yang nyuruh dia masuk ke lantai atas, pada akhirnya kak Karin malah dijadikan tumbal, hiyyy ngeri!!!"

Mendengar obrolan mereka, aku lantas tersedak mie pedas yang ku makan, hingga menyebabkan rasa nyeri dibagian hidung ku. Ku raih air minum ku, dan segera meminumnya.  Aku memang tak sengaja mendengar percakapan mereka, gak ada niat nguping sama sekali. Ku lirik segerombolan cewek-cewek yang berada agak jauh dari meja ku, dan ternyata dia orang yang ku cari.

Aku tersenyum simpul dan merasa beruntung sekali beli di kantin ini. Karena aku memang jarang ke kantin lantai dua, dan biasanya aku sering jajan di kantin langganan ku yang letak nya tak jauh dari kelas ku.

Beberapa detik kemudian Reno datang menghampiriku, dan duduk dikursi mejaku.
"Lama ya? Sorry jadi nungguin" ujar nya dengan ekspresi memuak kan.

"Siapa juga yang nungguin lu! Yang ada pasti lu yang nyariin gue!" Pekik ku kesal.

"Hehe.. santai dong Fiin, gitu aja tersinggung.." renges nya sambil menyeruput air minum ku tanpa seizin ku. Ku biarkan saja dia meminum nya asal tak di habiskan.

Aku melanjutkan makan mie, tanpa mengiraukan Reno. Tak lama kemudian mataku terbelalak dan merasa jengkel sekali. Bagaimana tidak, Reno dengan polosnya menghabiskan minumanku.

"Oi! Kalo lu mau ya jangan dihabisin bengek! Beli sendiri!" Bentak ku sebal, padahal dia tau kalo aku kepedasan gara-gara mie ayam.

"Plakk!" Tampar an keras menyambar bahu ku, membuatku terkejut dan geram. Dan yang lebih menyebalkan lagi, Reno malah menertawakanku yang tersedak mie pedas untuk kedua kalinya.

"Hoy!! Tumben kalian makan di kantin bu Sri, Gak biasanya!" Pekik Adev sambil duduk dikursi mejaku seperti bos. Ia menaik kan satu kaki nya ke atas meja. Benar-benar tidak sopan.

"Turunin gak tuh kaki!" Tegur ku menunjuk kaki nya.

"Nyenyenye nyenye nyenye" ia malah mencibir dengan nada persis yang ku lakukan barusan.

"Udah! Udah! Gue mau tanya nih Fin" aku menoleh ke arah Reno.

"Apa?" Balasku sedikit mengabaikan.

"Gue masih penasaran sama rencana yang lu buat sebenarnya, kasih tau kita dong gimana nyari bukti nya! Jangan lu simpen sendiri, apa lu menganggap kita remeh?"

Aku benar-benar merasa tak enak pada mereka, mereka ini sahabatku, tapi pantaskah aku menyimpan hal penting tanpa memberi tahu mereka? Aku mendengus kasar sambil menjauhkan mangkuk mie ayam ku barusan  karena sudah habis tentunya.

"Kinan mana?" Tanyaku membuat wajah Reno berubah malas.

"Kinan masih dikelasnya, mungkin dia lagi fokus belajar. Kan besok anak kelas X ujian" tutur Adev.

"Ooh" singkatku.

"Lu tuh nyebelin banget sih Fin, kita nungguin jawabanya malah cuma O doang!" Bentak Adev kesal.

"Haha iya-iya.. sorry nih, eh kenapa gue yang minta maaf, seharusnya kalian berdua yang bilang maaf sama gue! Udah nghabisin minuman gue, lu udah nampar bahu gue bikin tersedak! Kan kebalik bod*h!!" Aku lantas berdiri dan membentak mereka dengan keras, membuat seisi kantin ini menoleh ke arah ku serentak, termasuk ibu kantin nya.

The Headmaster's GrudgeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang