Setelah berdebat mengenai hantu Andin. Aku mengajak Kinan kembali ke ruang tamu untuk melanjutkan obrolan kami yang tak kalah penting dari ini, namun kedatangan sahabat Kinan akan membuatku terganggu jika itu setiap hari.
"Jadi gimana?" Tanya Kinan ditengah keheningan.
"Sekarang gue tau, dan sempat mengartikan ucapan-ucapan tuyul waktu itu." Ucapku sambil bangkit dan berjalan menuju kamar.
Beberapa saat kemudian aku kembali membawa sebuah buku tulis dan pena ku tadi. Kinan mengernyit. "Buku, untuk apa?" Tanya nya nampak tak mengerti.
Aku mendengus kasar dan menatapnya malas. "Ya buat nulis lah, dengan cara ini kita akan mudah menemukan jawabannya." Balasku.
"Ternyata tuyul yang ngikutin gue sampai rumah, memang ada hubungannya dengan Doni. Tuyul itu menyampaikan ini, dan gue udah ngerangkai tiga perkataannya itu."
Aku menyodorkan buku tulis yang berisi pesan-pesan tuyul. Kinan pun membacanya dengan seksama, namun tak lama kemudian ia tersentak, seperti mengingat akan sesuatu.
"Lu kenapa?" Tanyaku heran.
"Ja-jadi ini adalah pesugihan!" Ucapnya tiba-tiba.
Aku mengernyit. "Pesugihan? Maksud lu apa?"
"Doni meninggal karena makan makanan haram kan? Disisi lain dia itu gak tau Fin, dia pikir semuanya akan baik-baik saja, tapi endingnya dia tetep bakalan mati. Dan waktu itu, Doni muntah-muntah karena sakit perut." Ucap Kinan.
"Jadi tuyul itu tanda pesugihan!? pantesan, gue heran kenapa harus tuyul? dan bukan yang lain, asal lu tau Kin, tuyul botak itu menjengkelkan! Dia tuh nginjek-injek kasur gue dengan kaki kotornya! Gue seb--"
"Diem! Gue lagi gak mood bahas yang itu, lagian gak penting juga bagi gue." Tukasnya sewot. Namun aku hanya cemberut, pasalnya dia emang gak tau betapa kesalnya diganggu tuyul gila itu.
"Yaudah lanjutin." Aku pun mengalah.
"Nah, kemarin gue kan sempet dengerin pembicaraan Dina sama Vi, jadi gini."
*Flashback
"Vi, lu kenapa senyum-senyum sendiri?" Tanya Dina sahabatnya.
"Hehe, lagi bahagia aja" jawab Vi sambil malu-malu.
"Ciyee.. habis kencan yaa??" Ejek Dina.
"Lah kok tau sih?!" Pekik Vi nampak tak terima.
"Jadi bener lu habis kencan! Terus siapa sekarang pacar baru lu, selama ini kan elu jomblo! Crita dong sama gue!!" Dina menyambar dengan banyak pertanyaan.
"Iya deh gue cerita, kemarin pas istirahat gue ditembak sama kakel tau gakk!!" Balas Vi kegirangan.
"Waahh!! Pantesan lu kemarin gua cari dikantin gak ada, eh ternyata malah pacaran, lah emang lu ditembak dimana?"
"Yah emang gue gak ke kantin, kemarin itu gue disuruh bendahara kelas buat beli pembersih kaca, karena lu tau sendiri kan pembersih kaca nya udah habis. Jadi, gue izin untuk keluar bentar ke toko depan sekolah. Itu loh toko nya kak Nabil" terang Vi.
"Iya gue tau, toko depan sekolah yang deket sama warung batagor kan?" Terka Dina. Dan Vi pun mengangguk semangat.
"Nah, disitulah awal pertemuan ku dengannya" ucap Vi sambil tersenyum bahagia.
"Maksud lu ditoko kak Nabil? Lah kok bisa? jelasin dong Vi, kepo nih!!" Desak Dina.
"Ya enggak lah, kan gue ke toko kak Nabil, terus pas mau keluar dan kembali ke sekolah, eh gue dipanggil sama cowok. Gue berbalik, ternyata cowok itu berada diwarung batagor samping nya itu. Dia tuh ganteng, yaah.. meski gak seganteng kak Alfin sih.."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Headmaster's Grudge
TerrorNamaku Alfin, saat ini aku berusia 17 tahun. Semenjak kelas XI, banyak sekali kejadian misteri disekolahku. Mulai dari korban yang mati secara tragis, mati tanpa jasad, dan menghilang. Dan titik terakhir korban selalu berada di UKS. Kinanti, ya...