*Sasya POV
Perasaan ku kali ini benar-benar berkecamuk. Apa mungkin yang mati itu Kinanti.. duh emang ini sih yang gue mau. Tuh orang kemana sih gak muncul-muncul, ditungguin dari tadi juga!
Aku hanya mondar-mandir di dalam kelas sendirian, karena semua murid pada rame ke lantai atas. Ah biarkan saja.. ku harap usahaku gak sia-sia buat nyingkirin si Kinanti!
Sekarang tinggal nunggu aja kabar dari Vera sama cewek baru itu. "Ah lama banget sih!"
Beberapa menit kemudian Vera datang dengan wajah panik, layaknya orang ketakutan. Ia berlari ke arah ku, sambil sesekali menengok ke belakang. Tapi aku tak melihat cewek suruhan ku itu bersama Vera, lalu kemana dia.
"Sya.. gawat! Ini gawatt!!" Ucap nya tergesa, membuatku makin bingung.
"Kenapa sih lu? Gimana Kinan beneran mati kan??" Terka ku semangat.
"Bu.. bukan Kinan!" Balas Vera masih tegang.
"Terus mayat yang digotong barusan siapa?"
"Yang mati itu Karin! Bukan Kinanti!" Mataku terbelalak lebar mendengar kenyataan ini. Aku sangat tak menyangka bahwa kematian itu terjadi pada Karin.
"Ko.. kok bisa?" Ucapku lirih sambil menutup mulut yang terus menganga karena kaget.
"Gue juga gak tau Sya! Dan sepertinya Kinan udah tau kalau ini semua rencana kita, meskipun target pembunuhan itu Kinanti, tapi dia bisa ngehindar, intinya ini semua korban salah sasaran" terang Vera panjang lebar.
Aku terdiam dan mengingat-ingat kisah Karin sebelum ia meninggal. Dia perempuan yang baik sebenarnya, tapi kenapa harus Karin yang mati! "Gue kasian banget sama dia!" Aku bersimpuh dilantai sambil meratapi kesedihan ini, Vera pun ikut sedih apalagi melihatku menitihkan air mata.
*Flashback
"Eh Sya kita dapet temen baru nih" ucap Vera girang.
"Siapa?" Tanya ku sedikit mengabaikan.
"Hay Sya gue Karin, dari kelas XI IPA" ujarnya sambil mengulurkan tangan. Aku hanya menatap nya sinis, dia dari kelas XI IPA, pasti nih cewek juga suka sama Alfin.
"Iya, terus apa tujuan mu kemari?" Tanyaku tanpa membalas jabatan tangan nya. Aku masih fokus memakan mie ayam, tak menghiraukannya. Kebetulan sekarang posisi ku lagi di kantin.
"Em gini Sya.. Karin kan kehilangan sahabat nya kemaren, namanya Sista kalo gak salah. Dia kesepian dan pengen punya temen deket lagi, tapi Karin merasa semua cewek disekolah ini gak cocok dengan nya. Maka dari itu Karin pengen gabung sama kita! Gimana lu setuju kan genk kita bertambah satu?" Jelas Vera senang.
Aku berfikir sejenak dan memandangi Karin ini. Tak lama kemudian aku tersenyum dan menemukan ide bagus. Bisa gue manfaatin nih orang!"
"It's okey! Tapi ada syaratnya!" Tukasku sambil tersenyum masam.
"Gue mau kok, apapun itu syaratnya yang penting gue bisa gabung sama kalian!" Balasnya semangat dengan penuh keyakinan.
"Cocok banget nih! Sekarang gue minta lu ke lantai tiga buat ngecek si Kinanti di perpustakaan! Kira-kira dia beneran ada disana atau tidak?"
Ia sedikit terkesiap, namun setelah itu ekspresi nya biasa saja.
"Oh oke! Terus apa yang harus gue lakuin setelah sampai di perpustakaan?" Tanya nya pelan dan agak ragu.
"Yah gampang aja, tapi lu jangan ember! Awas sampe rencana ini lu bocorin!" Ancamku
"Nanti kalo lu udah sampai di lantai tiga, lu harus bener-bener mastiin kalo Kinanti ada di dalam perpus, tapi inget jangan masuk ke ruangan itu!"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Headmaster's Grudge
TerrorNamaku Alfin, saat ini aku berusia 17 tahun. Semenjak kelas XI, banyak sekali kejadian misteri disekolahku. Mulai dari korban yang mati secara tragis, mati tanpa jasad, dan menghilang. Dan titik terakhir korban selalu berada di UKS. Kinanti, ya...
