07

641 126 15
                                    

Piring berbahan dasar seng berisikan nasi dan lauk pauk sederhana tersebut dilempar sedemikian kasar ke arah kaki Hyunjae yang sedang duduk sementara tangannya diikat dibelakang sandaran kursi. Suara derap langkah kaki perlahan menggema disebuah ruangan berwarna abu-abu semen itu bersamaan dengan sosok Juyeon yang saat ini berdiri tepat di depan Hyunjae sembari melepas kain penutup mata yang menutupi pandangan pemakainya.

"Makan," suruhnya. Hyunjae tidak bergeming. Pemuda itu hanya tersenyum tanpa arti sementara matanya tidak lepas dari sosok Juyeon yang menunduk hingga mendekatkan wajahnya langsung kepadanya. "Apa yang lucu?" ujarnya sedikit kurang mengerti.

"Kau yakin bisa membunuhku?" Hyunjae bertanya dengan benak penuh ragu. Manik mata kelabu didepannya seakan berusaha mengintimidasi Hyunjae. Sedikit memberi gertakan mungkin karena Hyunjae sadar jika ucapannya tadi terdengar lebih ke arah menghina dan cenderung meremehkan Juyeon lebih tepatnya.

"Kenapa? Apa kita perlu membongkar makam saudaraku agar kau bisa melihat seberapa banyak luka tusukan pada sekujur tubuhnya?" Juyeon balik bertanya. Masih menyelami mata kelabu Hyunjae yang masih saja memancarkan sorot remeh seperti sebelumnya.

Helaan nafas terdengar. Hyunjae diam-diam tertawa pelan akan segala bentuk bukti kekejaman seorang Juyeon yang diucapkan olehnya tadi. "Apa kau akan membunuh semua orang yang menurutmu terlihat seperti Kakakmu?"

"Mengapa tidak?"

"Cobalah untuk menceritakannya. Setidaknya aku tidak harus menyesal mati ditanganmu jika kau punya alasan yang lebih jelas ketimbang berpikir kalau aku mirip dengan Kakakmu sehingga kau punya keinginan untuk membunuhku."

Hyunjae mengangkat sebelah alisnya. Tidak terlalu terkejut ketika mendengar suara langkah kaki Juyeon semakin terdengar sangat jelas. Penutup mata yang tadi menghalangi pandangannya kini telah dilepas oleh Juyeon. Kali ini Hyunjae bisa melihat sosok penculiknya itu berdiri didepannya dengan membawa sebilah tongkat besi ditangannya.

"Faktanya, memang hanya itu alasanku untuk membunuhmu, Lee Hyunjae." Mata serupa kucing tersebut berotasi ke samping. Memperlihatkan sebuah guratan malas ketika benaknya tiba-tiba terlintas sebuah ingatan tentang saudaranya. "Aku bersyukur pria itu telah mati. Tapi, kau? Tiba-tiba hadir dengan wajah yang serupa dan membuatku terus-menerus teringat akan sosoknya yang sudah lama tiada. Itu membuatku muak."

Hyunjae mengangkat salah satu alisnya, "Dan kau pikir aku sengaja membuatmu ingat kepada sosok saudara yang sudah kau bunuh itu? Siapa yang tau jika aku mirip dengannya?"

"Tutup mulutmu," suruhnya dingin. "Kau sama brengseknya dengan pria itu."

"Apa aku pernah berbuat tidak senonoh kepadamu? Justru kau yang datang secara tiba-tiba untuk menculikku. Aku terkesan kau berani mengambil resiko dengan menyembunyikan seorang pria terkenal sepertiku dari sorotan publik." Menekankan kata yang dirasa memang benar adanya. Hyunjae akui, sosok yang sedang menatapnya tajam ini cukup nekat dalam melancarkan niatnya. Bahkan mungkin ia melakukan rencananya ini tanpa memikirkan kemungkinan kedepannya.

Tongkat besi yang ada ditangannya perlahan terayun dengan cukup kencang ke arah wajah sang violinist. Menciptakan sebuah suara hampir sama dengan suara tongkat yang diayunkan ke arah dinding beton, terdengar hampir ke seluruh penjuru ruangan. Juyeon tidak main-main dalam aksi menyiksanya. Kali ini biarkan ia tersenyum puas melihat bagaimana pipi kanan dari sosok angkuh seperti Lee Hyunjae memerah dan nyaris membiru dengan sudut bibirnya yang berdarah.

"Hanya itu?"

Juyeon menyipitkan matanya melihat Hyunjae tiba-tiba bangun dari tempat duduknya. Kedua tangan yang tadinya ia ikat kuat menggunakan sebuah tali tambang, sekarang telah terbebas sepenuhnya. Tongkat besi yang ikut menjadi saksi bisu dari niat jahatnya perlahan jatuh ke atas permukaan lantai semen yang dingin ketika empunya perlahan terjatuh dengan sosok Hyunjae yang berada diatasnya.

"Kau telah berhasil melukai wajahku. Bagaimana jika aku melukai tubuhmu sebagai gantinya?"

.
[Tbc]
.

Enigma +Milju  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang