Membanting barang seakan sudah menjadi kebiasaan yang sering dilakukannya saat merasa frustasi. Kim Younghoon, detektif terkenal yang hanya dengan mendapat satu petunjuk, masalah dapat terselesaikan dengan mudah. Kini merasa kesulitan memecahkan kasus yang dikiranya selevel dengan psikopat abal-abal yang sering ia tangani kasusnya.
Younghoon termangu sembari mengetuk bagian kaca di atas meja menggunakan ujung pulpen. Banyak sekali barang berhamburan di ruang kerjanya, diantaranya bahkan ada yang sudah tidak berbentuk lagi akibat terkena amukannya.
Satu-satunya petunjuk yang ia dapat hanyalah secarik kertas tanpa adanya sidik jari yang tadi Chanhee serahkan kepadanya. Dan itu sama sekali tidak cukup, bahkan terbilang sangat tidak berguna.
Entah sudah berapa lama Younghoon menatap kertas tersebut. Terlampau lama sekiranya sampai Younghoon tiba-tiba memukul meja kerjanya sendiri seraya bergegas mengambil sesuatu dari arah lemari arsip dari kasus-kasus yang hampir semuanya telah ia tangani.
Younghoon mengingat tulisan itu. Tulisan tangannya sama persis dengan salah satu kasus yang menggunakan trik yang sama sebelumnya jika Younghoon tidak salah ingat. Sudah hampir beberapa tahun jadi Younghoon tidak bisa memastikan jika ingatannya ini benar atau tidak.
Segera Younghoon mengambil salah satu berkas yang ia sendiri labeli dengan nama korban sebagai pengingat. Kemudian, membolak-balikkan kertas yang tersusun rapi di dalam berkas tersebut sampai matanya mulai memicing begitu melihat secarik kertas yang telah lusuh termakan usia.
Pria itu berangsur duduk kembali ke kursinya. Matanya menoleh secara bergantian ke arah dua kertas yang ada di kedua tangannya. Senyum tipis teruntai jelas pada wajah tampannya. Mengapa baru sekarang ia menemukan petunjuk ini?
"Penculik Lee Hyunjae adalah orang yang sama dengan pembunuh Lee Jaehyun."
Tanpa sengaja manik matanya melirik ke sebuah foto yang keluar dari beberapa kertas yang terselip di berkas yang tadi ia ambil. Tanpa ragu, Younghoon memilih untuk mengambilnya. Menatap penuh atensi ke arah sosok yang ada di foto tersebut.
"Motifnya terlalu sederhana."
.
[Enigma]
."Bisa kau sederhanakan lagi ceritamu? Aku tidak suka membuang tenaga untuk membayangkan keseluruhan cerita panjangmu itu disaat kau hanya memberiku makanan murahan dan itupun hanya satu kali sehari. Kau pikir aku hewan?" Hyunjae berseru protes dengan wajah kesalnya.
Juyeon berdecak, "Kau memang hewan!" pekiknya dengan intonasi naik. Pemuda itu dengan segera berdiri kembali. Kemudian, mengambil piring yang tadi sempat terabaikan dan menyerahkannya kepada Hyunjae. Lagi-lagi sambil membanting piring tersebut kehadapan sang violinist.
"Apa memang aku terlihat sama persis seperti kakakmu? Aku bahkan tidak pernah melihat bagaimana rupanya sama sekali. Kau baru bertemu denganku dan pikiran bodohmu itu telah menyimpulkan secara sepihak jika sikapku tidak jauh berbeda dari sosok kakak yang kau benci itu."
Yang lebih muda memicingkan matanya sembari terus menatap Hyunjae dengan sorot sipitnya yang tajam. Sementara itu, Hyunjae juga perlahan ikut bangkit dari duduknya.
Simpul rambutnya yang tersisir rapi ke atas kini telah sepenuhnya turun menuju pelipisnya. Sontak hal itu membuat Juyeon lantas tersenyum karena merasa jika Hyunjae semakin terlihat mirip dengan sosok Jaehyun.
"Jika kau belum puas membuatnya menderita, mengapa tidak kau bangkitkan dia dari kuburannya dan kembali menyiksanya alih-alih mengincarku sebagai gantinya?" tanya Hyunjae sarkastik.
"Kuburannya?" Juyeon tertawa lepas setelahnya. "Dia berdiri tepat dibelakangmu," ujarnya santai.
Hyunjae tidak bisa menyembunyikan raut terkejutnya sesaat sesudah ia menyadari akan maksud dari ucapan Juyeon yang sebenarnya.
"Kau—"
Juyeon tersenyum lebar sembari mengarahkan jari telunjuknya ke arah tembok yang ada dibelakang Hyunjae berdiri, "Aku menyemennya hidup-hidup disana."
.
[Tbc]
.Lee Jaehyun
Lee Hyunjae
KAMU SEDANG MEMBACA
Enigma +Milju
Fanfiction#1 - juyeon (29/8/2024) The safest place is the most dangerous place. [Lee Hyunjae - Lee Juyeon]