Juyeon mengerjab berulang kali. Sial, tubuhnya terasa sakit sekali. Apa yang mereka lakukan seusai Juyeon kehilangan kesadaran? Dan juga, berapa lama dia sudah pingsan?
"Oh, kau bangun juga akhirnya."
Suara tak asing tersebut menjadi penyambut satu-satunya. Dilihatnya Hyunjae tengah duduk di bawahnya, sedang sibuk memakan makanannya dengan posisi bersila. Birainya nampak sesekali tersenyum, entah apa maksud yang melatarinya. Namun, Juyeon rasa memang ada baiknya ia untuk tetap waspada.
Seluruh tubuhnya terasa mati rasa. Yang Juyeon ingat hanya kejadian dimana Younghoon memukulnya dengan sebuah balok kayu, mungkin hal itu yang menyebabkan Juyeon pingsan begitu saja. Bagaimana mau melawan jika ikatan yang melingkar tak kunjung dilepas dari badan?
"Kukira kau tidak akan bangun lagi," ucap Hyunjae selanjutnya. Kemudian, tersenyum miring melihat keterbungkaman Juyeon. "Itu sempat membuatku sedih, tahu?"
Juyeon hanya menatapnya sambil terus membisu. Bibirnya juga terasa sakit dan perih, sama seperti keadaan sekujur badannya yang sekiranya sudah penuh akan memar yang membiru.
Tak kunjung menerima respon yang berarti jelas membuat Hyunjae langsung cemberut. Ia berharap jika Juyeon akan bertanya perihal kalimatnya yang bisa saja terdengar ambigu. Tapi, pria itu malah tetap diam seperti ini? Mau sampai kapan dia membiarkan Hyunjae mati kebosanan akibat terkurung dalam kesunyian?
"Dimana ... detektif itu?" Juyeon bertanya dengan suara patahnya. Rasanya dia sudah tak punya kekuatan untuk berkata-kata lagi. Itu yang terakhir, Juyeon tak sanggup lagi menyembunyikan sakitnya. Luar dan dalam sama saja. Betapa hebatnya dampak dari penganiayaan yang dilakukan psikopat gila yang sayangnya adalah tokoh publik tersebut.
Demi apapun, seberapa kesetanannya mereka dalam menyiksa Juyeon hingga dia dibuat bak orang lumpuh seperti ini?
"Mengapa kau malah mencarinya? Apa aku tidak cukup untukmu?" Hyunjae terdengar berseru dengan amarahnya. Netranya bergulir ketika mengetahui jika Juyeon malah mencari orang lain dan bukannya langsung mengumpatinya seperti terakhir kali. "Padahal yang memukulimu adalah aku. Tapi, malah si sialan itu yang kau tanyakan keberadaannya. Cih!"
Juyeon menatapnya dengan pandang ragu. Ada hal aneh yang nampak pada diri Hyunjae hari ini. "Kau ... kenapa?" Juyeon menyuarakan kebingungannya dalam merespon sikap Hyunjae.
Namun, Hyunjae justru tiba-tiba ikut bingung. Benar juga, ada apa dengannya?
Hyunjae terlihat hanya menatapnya dengan kedua belah bibirnya yang terbuka. Seperti ingin mengatakan sesuatu, tetapi tak kunjung bisa menyuarakannya.
Baru ketika Hyunjae ingin menjawabnya, Juyeon perlahan limbung dari posisi. Kepalanya menunduk ke bawah, agaknya ia pingsan lagi. Hingga tak ayal hal itu membuatnya berpikir kembali, apa dia terlalu keras dalam memukul kepala Juyeon tadi?
Pria itu lantas mendekat ke arah Juyeon guna memperhatikan lebih dekat setiap luka yang menghias wajah Juyeon. Cukup banyak lebam di bawah mata hingga di atas kening, lalu bibir yang pecah itu pasti adalah jawaban akan mengapa Juyeon tak begitu jelas dalam berbicara tadi.
Ah, dia keterlaluan, ya?
"Hei, kau tidak benar-benar pingsan, 'kan?" tanya Hyunjae memastikan. Hingga perlahan dirasakannya seseorang tengah mendorong dadanya. Terasa tak begitu bertenaga sampai sedikitpun Hyunjae tak merasa akan mundur akibat dorongan kecil tersebut.
"Jangan ... dekat ..." pinta atau sekiranya merupakan sebuah perintah dari Juyeon yang masih memejamkan mata. Suaranya terdengar lemah menyapa rungu. Bahkan sampai membuat Hyunjae tiba-tiba hanya dibuat termangu.
Sungguh, dia memang keterlaluan sepertinya.
.
[Tbc]
.tmi: iketannya cuman sebatas dibadan sama kaki, jadi tangan juyeon masih bisa bergerak sedikit. apalagi posisinya hyunjae ngeliatinnya deket banget, makanya masih bisa dijangkau sama juyeon.
btw, 3 chapters lagi ya ...
KAMU SEDANG MEMBACA
Enigma +Milju
Fanfiction#1 - juyeon (29/8/2024) The safest place is the most dangerous place. [Lee Hyunjae - Lee Juyeon]