13

430 66 5
                                    

Jarak yang diambil selama perginya ia dari tempatnya disekap memanglah cukup jauh. Jujur saja, Hyunjae sudah hampir menyerah saat masih ada dua pertiga jarak lagi untuk sampai ke tempat tujuan. Sebentar lagi ia akan sampai ke minimarket dan Hyunjae cukup bodoh jika mementingkan rasa lelahnya ketimbang perutnya yang terus berbunyi.

Sesampainya di tempat tujuan, Hyunjae segera masuk ke dalam. Tidak mengindahkan si kasir yang membungkukkan tubuhnya guna menghormati pembeli yang datang, ia berjalan ke rak makanan. Mengambil satu-persatu kebutuhannya yang hanya berupa mie gelas instan ke dalam keranjang lantaran isi dompet Juyeon sepertinya hanya pas untuk beberapa gelas mie dan air mineral saja.

Hyunjae mendengus kasar. Tidak sepenuhnya ingin menyalahkan Juyeon sebenarnya, tetapi tetap saja, rasa ingin menyumpahi karena Hyunjae sama sekali tidak tahu benda apa saja yang bisa ia beli dengan mengandalkan uang seadanya.

Seusai mengumpulkan mie dan air mineral, Hyunjae berjalan menjauh menuju kasir. Topi yang dipakainya, kemudian diturunkan hingga menutupi matanya. Ada rasa tak nyaman ketika kasir wanita itu terus menatapnya seolah mengenali sosoknya.

"Lee Hyunjae?" Kasir wanita itu mengeja. Nada keraguan terselip pada suara cemprengnya. "Kau Lee Hyunjae, bukan?! Violinist yang sering kulihat di televisi!" ujarnya histeris.

Hyunjae berdecak dalam hati. Dompet yang ada ditangannya terbuka. Ia mengambil sebuah kartu identitas di dalamnya dan memamerkannya tepat ke depan wajah kasir tersebut.

"Saya Lee Jaehyun." Suaranya dibuat berbeda, seolah diperberat dibandingkan suara aslinya.

Dan seperti mudah ditipu, kasir itu meringis sembari tersenyum kikuk. "M-maaf, aku pikir kau—"

"Ya," Hyunjae menimpali. Muak berbasa-basi. "Semua orang juga bilang hal yang sama mengenai kemiripan kami."

"Totalnya, Tuan."

Hyunjae mengangguk. Memberikan uang yang ternyata pas dengan apa yang dipegangnya saat ini. "Terima kasih."

.
[Enigma]
.

"Tuhan, aku pusing sekali!"

Pekikan Chanhee mengusik pekerjaannya. Changmin menolehkan kepalanya. Sembari menaikkan kacamata yang turun menyentuh pangkal hidungnya, ia tertawa saja melihat Chanhee yang sedemikian frustasi sedang menarik surainya.

"Sudahlah, kamu terima saja penawaran Younghoon," usulnya santai. Tidak sedikitpun merasa takut ketika melihat ekspresi Chanhee berubah cemberut.

"Tidak, tidak!" Bibirnya menukik ke bawah. "Hyunjae akan membunuhku jika seandainya dia tahu aku menyetujui kesepakatan ini tanpa seizinnya!"

Changmin tertawa, "Kamu berlebihan sekali. Tidak mungkin dia akan melakukan itu kepadamu," sahutnya menggelengkan kepala, tidak habis pikir dengan reaksi heboh Chanhee tersebut.

"Kau tidak mengenalnya!"

"Tapi, dari yang kulihat, Lee Hyunjae sepertinya memang orang yang baik. Meskipun, dia kadang terlihat angkuh saat di panggung."

Giliran Chanhee yang menertawakan asumsinya. "Ya, kau benar. Kecuali tentang panggung itu. Dia angkuh, Changmin. Dimanapun dia berada, sikapnya memang seperti itu. Apa yang kau lihat di panggung adalah benar adanya. Seperti itulah aslinya."

Changmin bergidik tak peduli. Meskipun, fakta yang dikeluarkan Chanhee mungkin akan jadi peluang besar bagi karirnya sebagai jurnalis, namun nyatanya, ia tidak setega itu menghancurkan karir seorang Lee Hyunjae. Toh, jika itu terjadi, kasihan Chanhee yang kehilangan pekerjaan sebagai manajer.

Fokusnya kembali dialihkan pada layar laptop. Biarkan saja Chanhee yang terlihat begitu nestapa karena memikirkan keberadaan Lee Hyunjae dan tentu saja, perihal perjanjiannya dengan Younghoon.

"Changmin, dia mengirimiku pesan!" Chanhee memekik. Berlari menuju tempat Changmin berada.

"Siapa?"

"Si detektif licik itu!" Ponselnya didekatkan pada Changmin. Serempat mengundang keterkejutan dari kedua belah pihak seusai membaca pesan tersebut.

"Hyunjae sudah ditemukan?"

Chanhee melihatnya dengan jelas. Seseorang rupanya mengambil gambar sosok artisnya dalam pakaian serba tertutup. Batinnya sontak berangsur panik. Terutama saat membaca pesan yang tertera dibawah foto yang dikirim.

Aku menemukannya.

Kau tidak lupa tentang imbalanku, bukan?

.
[Tbc]
.

Enigma +Milju  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang