16

400 47 6
                                    

Cukup lama menunggu hingga Juyeon perlahan membuka matanya. Kondisinya masih dengan tangan yang terikat begitu erat mengelilingi sandaran bangku yang ia duduki. Pria itu nampak kebingungan; setengahnya belum sadar dan cenderung terkejut melihat ada banyak sekali kantung plastik yang entah isinya apa saja yang kini ada di depannya.

"Oh, kau sudah bangun?" Hyunjae berpura-pura seolah baru mengetahuinya. Ia menaruh kembali cup mie yang tadi sempat dimakannya. "Bagaimana rasanya tidur dengan posisi seperti itu? Enak, bukan?"

Juyeon cenderung mengabaikan ocehan Hyunjae yang tengah duduk dengan kaki yang tersilang apik dibawahnya tersebut. Ia sedikit tertegun menyadari wajahnya yang tadi terasa perih, kini ditutupi oleh kapas yang direkatkan menggunakan perban luka.

Ada rasa ingin berterimakasih untuk segera diutarakan perantara bibirnya, tetapi mengingat siapa yang telah membuat wajahnya nyaris tak berbentuk membuat Juyeon urung melakukannya.

"Ngomong-ngomong, jika kau merasa keberatan dengan tingkah hedonku ini—" Hyunjae menatap semua belanjaannya guna menunjukkan maksud perkataannya tadi. "—aku bisa meminta manajerku untuk mengganti uangmu."

"Aku tidak butuh itu." Lelaki itu menatapnya tajam. "Aku tidak membutuhkan apapun yang berhubungan denganmu."

Hyunjae tersenyum, setengahnya mencibir. "Bagus kau mengatakan itu usai aku baru saja mencegah lukamu agar tidak infeksi," sindirnya. "Maaf tentang fakta jika aku baru saja mengontaminasi wajahmu dengan tanganku."

Tak dapat menyangkal atau memang sudah kehabisan kata untuk membalas, Juyeon justru terdiam. Membiarkan matanya saja sebagai alat untuk berkomunikasi. Berharap Hyunjae cukup pintar untuk mengerti jikalau Juyeon tengah mengintimidasinya.

"Aku hampir lupa." Pria berwajah rupawan tersebut memberi gesture dengan menunjuk sesuatu yang berada dibelakangnya. "Aku membawa teman untukmu."

Dan bisa ditebak, Juyeon nyaris ingin berteriak mengumpati Hyunjae. Tak percaya pria itu begitu gegabah dalam memberikan informasi mengenai keberadaannya selama ini.

Dimata Hyunjae, Juyeon nampak sangat terguncang. Seolah merasa jika ia sedang mengkhianati pria itu. Entahlah, sepertinya Juyeon begitu takut akan tertangkap saat ini juga. "Tenang saja. Aku masih ingin bermain denganmu. Meskipun dia kepercayaan mereka, aku yakin dia pun sepemikiran denganku."

"Apa yang kau khawatirkan, Lee Juyeon?" Sesuatu berbisik tepat ditelinganya. Si pemilik nama lantas bergidik. Meski tak menunjukkan gelagat takut, Juyeon jelas tak dapat berbohong perihal apa yang sedang dirasakannya sekarang ini. "Jika aku ingin memasukkanmu ke dalam jeruji, seharusnya kulakukan sejak dulu. Tepat ketika Lee Jaehyun dinyatakan menghilang."

Juyeon terkepung. Mata sipitnya bergetar. Jelas sosok yang berada dibelakangnya ini sudah dikenalnya. Untuk apa detektif seperti dirinya berada di tempat ini dan tentunya, bagaimana bisa dia dan Hyunjae saling mengenal?

"Kalian ingin menangkapku?" Juyeon bertanya.

"Kenapa? Kau ingin menyerahkan diri begitu saja? Aku tentu tidak akan membiarkannya jadi semudah itu. Butuh waktu seumur hidupku untuk bertemu mainan bodoh sepertimu," ujar Hyunjae, menghina. "Akui saja, kau takut. Maka aku mungkin akan memberikan sedikit keringanan untukmu."

"Ha!" Pemilik mata sipit tersebut memberikan tawa remeh. "Dalam mimpimu!" jerit Juyeon.

Detik kemudian, Juyeon tiba-tiba merasa rambutnya ditarik begitu kuatnya. Bahkan, terasa seperti rambutnya akan rontok akibat tarikan tersebut.

Younghoon, pelaku penarikan, terlihat murka. Tidak tahu perihal apa yang membuatnya demikian, Juyeon jelas tak dapat mengatakan apapun selain hanya ringisan sebagai perwujudan dari apa yang ia rasa karena ulah pria itu.

"Lee Hyunjae, kau tidak keberatan berbagi mainanmu ini kepadaku? Aku cukup tertarik dengan caranya meresponmu tadi."

Tatapannya beralih ke sosok Hyunjae yang rupanya masih tetap memerhatikannya dengan sebuah senyum puas usai mendapati Juyeon sedang mencuri pandang ke arahnya.

"Silahkan saja." Hyunjae dengan santainya menjawab. "Akan lebih baik kalau kau merusaknya juga."

.
[Tbc]
.

punten baru keliatan di dunia oren ini, soalnya lagi kena wb parah, huhu. moga abis ini bisa produktif lagi :(

Enigma +Milju  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang