08

622 127 4
                                    

"Tubuhmu bergetar," Juyeon tersentak. Menatap tajam menggunakan mata sipitnya tersebut pada sosok Hyunjae yang sedang menindihnya sambil mengangkat sebelah alisnya—terkesan meledek menurutnya. "Penjahat amatiran sepertimu seharusnya tidak sebodoh itu untuk menculik seorang malaikat bertopeng sepertiku."

Hyunjae kembali meraih sebuah pisau lipat yamg ada di saku celana Juyeon tanpa disadari oleh empunya sama sekali. Juyeon baru tau sesaat setelah Hyunjae tiba-tiba mengarahkan ujung lancip dari pisau itu ke arah mata kanannya. Hampir menyentuh mata kanannya, malah.

"Dari dua matamu, mana yang menurutmu tidak berguna?" Hyunjae mengajukan pertanyaan tanpa sedikitpun mengedipkan matanya. Ekspresi yang dikeluarkan cenderung datar, alih-alih Juyeon yang saat ini sepertinya sedang dilanda kepanikan karena semakin mulutnya mengatup rapat maka pisau itu juga semakin mendekati matanya. "Aku yakin kau akan lebih baik hidup dengan satu mata. Setidaknya kau tidak akan melihat orang lain mirip seperti saudaramu lagi."

Juyeon bukannya ingin mengulur waktu. Pemuda itu sedari tadi memikirkan berbagai cara agar bisa memutarbalikkan posisi mereka. Hyunjae cukup membuatnya sedikit takut, mengingat pisau lipat miliknya yang sedang dipegang oleh Hyunjae hampir akan menusuk matanya.

"Aku bosan."

Hyunjae beranjak dari posisi awalnya. Pemuda itu duduk di atas lantai semen tidak jauh dari posisi Juyeon yang juga ikut bangun. Kemudian, menatap penuh tanya kepada sosok Hyunjae yang saat ini sedang memainkan pisau lipat menggunakan tangannya sendiri.

"Kenapa berhenti?" tanya Juyeon tidak mengerti.

Yang lebih tua sontak mengangkat alisnya, "Kenapa? Aku kasihan melihatmu. Hanya itu." Lantas tertawa sekilas, "Siapa yang menduga seorang penjahat takut dengan sanderanya sendiri? Tetapi, aku memakluminya, tenang saja. Kau pasti tidak menyangka jika aku bukan seperti Kakakmu yang bisa kau bunuh tanpa melakukan perlawanan sama sekali."

Kali ini Juyeon terlihat menghela nafas. Seperti lega, entah karena Hyunjae yang tidak jadi melanjutkan niat awalnya atau karena Hyunjae nampaknya tidak berniat untuk kabur meskipun tali yang tadi menahannya telah terlepas sepenuhnya.

"Ngomong-ngomong namamu siapa?" tanya Hyunjae penasaran. Disambut dengan wajah bingung Juyeon yang kini sedang ikut menatapnya. "Kau tidak ingat namaku? Kita sudah pernah bertemu di salah satu acara waktu itu."

Hyunjae mengangkat bahunya tidak peduli, "Aku juga hampir lupa dengan wajahmu," jawabnya tanpa menunjukkan raut merasa bersalah sedikitpun.

"Kenapa?"

"Prosopagnosia*." Yang lebih tua beralih menatap langit-langit bangunan. Ia baru sadar jika ternyata ini adalah sebuah basement dan bukannya sebuah bangunan yang sengaja dibiarkan kosong. "Aku bahkan menyuruh manager-ku untuk tinggal bersamaku supaya aku bisa selalu mengingat wajahnya."

Mereka sama-sama tidak mengerti. Situasi yang seharusnya tegang dan cenderung terkesan menakutkan malah jadi seperti ini. Hyunjae yang sangat tidak mau membuka diri soal kehidupan pribadinya kepada orang lain selain Chanhee, tiba-tiba menjadi jujur soal kelainan yang selama ini dideritanya.

"Kau tidak lupa jika aku akan membunuhmu bukan?" Juyeon adalah orang yang pertama kali menyadari keanehan ini. Pemuda itu terus menatapnya sampai lupa berkedip.

Hyunjae terkekeh, "Ketimbang hanya berucap tapi tidak bisa membuktikannya, mengapa kau tidak menceritakan tentang alasan kau sangat membenci Kakakmu saja?"

"Apa hakmu untuk tau tentangnya?" tanya Juyeon skeptis.

"Anggap saja ini adalah permintaan terakhirku sebelum mati ditanganmu." Entah Juyeon terlalu percaya diri atau memang dia cukup bodoh untuk menyadari jika ucapan Hyunjae tadi terdengar seperti sedang meremehkannya. Sehingga pemuda itu hanya mengangguk berulang akan alasan yang dibuat Hyunjae demi mengusut perihal masa lalunya.

.
[Tbc]
.

*Prosopagnosia is a neurological disorder characterized by the inability to recognize faces. Prosopagnosia is also known as face blindness or facial agnosia.

Jujur, ini terinspirasi dariku sendiri. Aku gampang lupa sama karakteristik wajah, jadi butuh waktu lama banget buat aku bisa ngenalin seseorang supaya bisa inget :'D

Enigma +Milju  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang