Chanhee memperhatikan pantulan dirinya didepan cermin. Rambutnya nampak berantakan lantaran baru saja bangun dari tidurnya yang tidak senyenyak biasanya. Kantung matanya semakin membesar dan terlihat menghitam. Ia berani bersumpah akan menghajar Hyunjae nanti ketika pria itu sudah kembali. Bisa-bisanya dia membuat Chanhee sampai seperti ini.
Dering ponselnya kemudian mengalihkan perhatian Chanhee. Dilihatnya nama 'Si Sinting' muncul pada display. Membuatnya langsung berdecak malas, tetapi tetap bergerak menggeser ke icon berwarna hijau.
"Sudah berapa kali kukatakan, aku tidak akan menyetujui tawaranmu!" cecar Chanhee sebelum pihak diseberang telepon terlebih dahulu membuka suara.
"Baguslah."
Bola matanya langsung membesar mendengar suara sang musisi. Dijauhkannya telepon tersebut dari telinga. Benar ini adalah nomor Younghoon, tapi kenapa malah Hyunjae yang lagi-lagi berbicara?
"Kau kapan pulang, hah?!" Chanhee tiba-tiba berteriak. "Kau tidak tahu, ya, aku pusing sekali memikirkan alasan supaya kau lepas dari tuduhan pembohongan publik?!"
Terdengar suara tawa singkat diseberang sana. "Memang tidak."
Chanhee menggaruk kepalanya dengan frustasi. Hyunjae benar-benar membebaninya kali ini. Sudahlah dulu sering membuatnya kerepotan untuk membuang keseluruhan surat maupun hadiah kiriman penggemar, sekarang malah harus dibuat pusing untuk mencari alasan demi menyelamatkan karir Hyunjae. Andai waktu bisa diulang, Chanhee pasti akan menolak ajakan Hyunjae untuk menjadi manajernya tanpa harus berpikir dua kali.
"Ngomong-ngomong, kenapa ponsel detektif Kim ada padamu?"
"Dia sengaja meninggalkannya agar kau bisa menghubungiku." Chanhee bergumam panjang. "Jadi, bisa kau kirimkan aku kotak P3K?"
Chanhee mengernyit, "Kau terluka?"
"Aku?" Hyunjae kembali bercanda dengan melempar tanya. "Menurutmu, itu aku?" ulangnya memastikan.
"Memangnya siapa lagi? Yang benar saja kau mengobati penculikmu sendiri?"
Hyunjae berdecak mendengarnya. "Ah, kau dungu ternyata. Intinya, kau titipkan saja kotak P3K tadi ke detektif itu. Bilang kepadanya agar menghantarkannya sesegera mungkin. Ingatkan dia kalau aku tidak suka terlalu lama dibiarkan menunggu."
Belum lagi Chanhee diberikan kesempatan untuk bertanya lebih jauh, Hyunjae dengan cepat mematikan sambungan telepon secara sepihak. Dirasanya akan melelahkan mendengar Chanhee bertanya macam-macam. Mana pernah manajernya itu puas hanya dengan mendengar satu jawaban saja.
Tapi, itu kali pertama Chanhee mendengar Hyunjae berbicara sepanjang tadi kepadanya.
.
[Enigma]
."Susah payah kau memukulinya, tapi ujung-ujungnya malah kau juga yang mengobati lukanya," Younghoon mencibir dengan nada menyidir. Segera usai Chanhee mendatangi kediaman pribadinya, ia langsung melesat pergi ke tempat dimana Hyunjae disekap, atau sekarang lebih tepatnya merupakan tempat dimana Juyeon disekap. Entah dari mana manajer cerewet itu menemukan alamatnya, yang jelas bukan lagi itu yang menjadi alasan keterbingungannya saat ini.
Melainkan Hyunjae. Seperti yang dikatakannya, sikap Hyunjae malah berbanding terbalik dengan dirinya dulu. Hyunjae yang sekarang, menurut Younghoon, tak lagi semenarik dahulu. Tepat hari ini, Younghoon pikir Hyunjae lebih terlihat seperti pecundang yang sebenarnya.
"Dia terlihat lebih baik ketika tidur seperti ini," Hyunjae bergumam tanpa peduli sekitarnya.
Younghoon jelas semakin dibuat bertanya-tanya perihal perubahan sikapnya saat ini. "Sejak kapan Hyunjae yang kukira hanya punya satu ekspresi, kini menjadi seekspresif ini?" Lagi-lagi memberi sindiran tak berartinya yang hanya dianggap angin lalu oleh Hyunjae.
Pasalnya, Hyunjae terlihat tak pernah melunturkan senyum tipisnya selama mengobati Juyeon dengan gerakan penuh kehati-hatian. Benar, bukan? Sangat berbeda dengan julukan yang diberikan oleh publik atau kesan pertama ketika mereka bertemu kemarin.
"Kau masih di sini?" Hyunjae kembali mengusirnya. Sungguh, yang ia perlukan hanyalah kotak P3K dan bukannya Younghoon sebagai pihak yang berada di sini hanya untuk menganggunya.
Namun, tiba-tiba saja Younghoon menjentikkan jarinya. Membuat Hyunjae sedikit memberi lirikan kepadanya. "Biar aku ubah pertanyaanku."
"Kau pasti sadar jika ini adalah gejala Stockholm Syndrome*, bukan?"
.
[Tbc]
.*kondisi psikologis yang dialami sebagian korban penculikan atau kejahatan lain, di mana korban mengalami perasaan positif atau jatuh cinta pada penculik atau pelaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Enigma +Milju
Fanfiction#1 - juyeon (29/8/2024) The safest place is the most dangerous place. [Lee Hyunjae - Lee Juyeon]