First of all,
I wanna to say a big thanks for my loyal reader; amhertsia and sofiefza💜💜
Makasih banyak udah mau ngikutin cerita ini walau ga bagus² amat. Makasih banyak udah setia nge-vote.
Jujur, hal itu yang membuatku masih bisa buat up cerita ini 😭😭. Percayalah, meski cuma satu dua, aku ngerasa punya temen, punya pendukung.
So,
Makasih banyakkkk, maaf kebanyakan bacot, but, big love for y'all! ❤️
And happy reading ✨
.
.
.
."Yash!"
Chi Na menyentuh lehernya, menekan pelan luka goresan yang dibuat oleh kuku si wanita bob. Ia tidak tahu seberapa parah luka itu, tapi berdasarkan rasa perih dan noda merah yang mengotori tangannya, ia rasa cukup lebar.
"Sakit?"
Wanita itu tersenyum menang.
Chi Na berdecih. "Aku tidak akan mati hanya karena ini," sahutnya.
"Memang. Tapi aku ingin tahu apakah kau bisa mengatasi ini."
Wanita dengan rambut dua warna itu mengeluarkan sesuatu dari balik saku pakaiannya. Itu sebuah pistol. Ia mengacungkan senjata itu ke arah Chi Na, siap menarik pelatuk.
"Jika kau mau ikut aku, senjata ini tidak akan menembakmu," katanya, memberikan penawaran yang sebenarnya jelas akan ditolak.
"Ck. Kau pikir aku takut dengan benda sialan itu?!"
Tersenyum miring, wanita itu melanjutkan. "Baiklah. Lagipula, setelah semua yang kau lakukan, Bubley tidak peduli kau mau mati atau hidup yang penting jasadmu diantar ke hadapannya."
Chi Na memukul tongkatnya ke lantai, tepat di depan kedua kakinya yang berdiri kokoh.
"Bersiaplah, Bocah!"
Dor dor dor dor dor
Rentetan tembakan itu bahkan tidak membiarkan semilidetikpun tanpa hujan peluru. Amunisi kecil yang melesat dengan kecepatan tinggi itu bersamaan menerjang Chi Na, gadis yang hanya diam dengan tongkat saktinya.
Chi Na memutar pipa panjang di genggamannya dengan sangat cepat. Bagai perisai, putaran benda itu mampu menghalau setiap peluru yang menghantam. Belasan timah panas itu terlempar ke sana ke mari, mental ke segala arah.
"Kurang ajar!"
Anggota Kvozde itu menggeram. Berlari menerjang secepat kilat.
Tongkat Chi Na masih berputar. Terkesiap akan suara langkah kaki yang terburu mendekat, ia lengah sedikit. Fokusnya buyar, jemari tangan yang tadinya menggerakkan tongkat dengan kecepatan konstan terganggu.
Plang
Suara nyaring besi bertemu dengan besi lain mendadak tercipta.
Wanita itu menendang tongkat Chi Na, sempurna mendesaknya mundur.
"Aduh!" Chi Na mengeluh pelan saat kepalanya terbentur pinggiran pagar besi.
Dorongan tak main-main tersebut bahkan sampai membuatnya kembali ke posisi awal, keluar dari pintu dan berada di atas jembatan lagi.
Chi Na melirik ke bawah jembatan. Tepat di dekat pipa raksasa yang diletakkan dalam saluran besar, tongkat kesukaannya tergeletak dengan menyedihkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
FYS : C vs C [Slow Update]
Science Fiction[privat acak, follow me first] . . . . We will be enemies even to hell though_ ©