Happy reading!
.
.
.
.Drrrrrrrttttttt
Chi Na mundur, menjauhi lokasi penambangan kecil yang dilakukan oleh Lake. Ia kemudian bersembunyi di balik punggung salah satu tentara, badan orang militer itu tinggi besar, pas menutup penuh seluruh tubuhnya.
"Seberapa dalam?" River bertanya dari jarak dua meter. Pria itu juga ikut menyingkir sedikit, menghindari cipratan tanah yang dihamburkan oleh mesin penggali.
"Hanya sampai kotak mesinnya kelihatan," ujar Lake.
Alat bor kecil yang ukurannya hanya setelapak tangan itu masuk ke timbunan salju, lalu menggali dengan cepat tanah di sana. Mesin itu membuat lubang sedalam semeter, dengan lebar tak lebih dari tiga puluh senti.
"Nah, sudah!" seru Lake.
Salah satu tentara berjongkok, mengulurkan tangan memasuki lubang hasil galian lalu menarik keluar si mesin kecil. Ia membersihkan sebentar, lalu menyimpan kembali ke ransel.
Lake mengambil alih. Ia berlutut di depan lubang, dan menurunkan tas hitamnya. Ia mengaduk semua benda, mencari sesuatu. Setelah ditemukan, pria itu buru-buru bekerja.
Ia mengambil senter mini dan merangkak sedekat mungkin dengan dasar lubang itu yang berupa lapisan besi. Besi itu agak panas, tanda mesin yang bekerja di baliknya masih hidup.
Pertama, ia membuat celah dengan laser, membuka paksa penutupnya. Kotak-kotak kecil dan berbagai kabel pelangi langsung terlihat. Ia segera membuka salah satu kotak, memeriksa sistemnya. Untuk masuk ke dalam, ia perlu sandi dan itu–
"Ada yang datang!" salah satu tentara berteriak pelan.
Tujuh kepala lain langsung ikut menoleh, mendapati sebuah motor salju dengan seorang pengendara di atasnya mendekat ke arah mereka. Gawat!
"Lake, apa masih lama?" Mayor Griff berjalan tergesa mendekati Lake, menyentuh bahu pria itu dan bertanya cepat.
Lake menengadah. "Belum apa-apa," lapornya.
"Ayo sembunyi dulu!" Mayor Griff memberi perintah.
Chi Na gelagapan, ia nyaris terjerembab bila tak segera menyeimbangkan badan. Iris terang itu melihat panik ke kanan kiri. Sang pengendara motor salju semakin dekat. Ia kemudian menangkap pergerakan River yang lari ke balik pohon pinus besar.
Chi Na buru-buru ke sana, berjalan secepat mungkin. Terengah-engah, ia berjongkok di samping River dengan kepala menyembul sedikit, mengintip.
"Oah, dari sekian banyak orang, kau malah memilihku," bisik River tak percaya.
Chi Na melirik ke samping, melotot. Ia kemudian kembali mengawasi depan. Pengendara motor salju itu sudah sampai di depan pintu masuk. Mematikan mesin kendaraan, lalu turun.
Untung saja lubang yang mereka buat sudah ditimbun kembali, jadi setidaknya tak akan ada jejak-WAIT, JEJAK?!
Chi Na menggigit bibir, seketika merasa bahwa timnya itu bodoh. Hei! Bagaimana bisa mereka lari tunggang langgang tanpa menghiraukan jejak kaki yang mereka buat? Apa ini hasil didikan SEA yang amat dibanggakan itu?
"Mampus!" umpat Chi Na lirih.
River ikutan jongkok, semak belukar yang menutupi mereka cukup meyakinkan. Mata pria itu tajam menatap ke depan.
"Mundur ke belakangku..." perintahnya tiba-tiba.
Chi Na mendongak dengan ekspresi bingung. Tadi ia belum fokus, suara River bagai sekelebat angin lewat, tidak jelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
FYS : C vs C [Slow Update]
Ciencia Ficción[privat acak, follow me first] . . . . We will be enemies even to hell though_ ©