_______________Sudah menjadi rutinitas semua orang untuk cepat-cepat bangun pagi dan mandi, apalagi murid-murid yang bangun subuh, terbirit-birit menyiapkan segala sesuatu seperti perlengkapan sekolah.
Waktu mulai kegiatan belajar di SMA Bumi Pertiwi ini di wajibkan untuk masuk sekolah pukul 6.40 pagi. Jam masuk yang dinilai kepagian ini, tak ayal membuat Lala ingin mengkritik kepala sekolah. Apalagi saat malam dirinya tidak tidur dengan nyenyak, tidur larut malam, dan bangun pagi-pagi buta. Lala berencana untuk tidur di kelasnya nanti.
Sebelum masuk kedalam kelas, Lala mengaca kepada kaca spion motornya terlebih dahulu, merapihkan rambut dan penampilannya sebaik mungkin. Dirasa penampilannya telah sempurna, Lala berjalan dengan santai di koridor sekolah. Matanya menyipit saat melihat Oci dan Jo yang baru saja memasuki gerbang secara bersamaan.
Lala berjalan ke arah kelas kosong untuk melihat Abay terlebih dahulu, tidak ingin ingkar janji kepada Jarius jika dirinya akan menjadi Mama yang baik. Memasuki kelas, Lala sama sekali tidak merasa takut seperti kemarin, dirinya langsung berjalan ke arah Abay yang sedang tertidur di atas meja yang sudah reot. Dengan pelan mengelus kepala Abay, Lala pun beralih mengangkat Abay yang tengah tertidur kedalam gendongannya.
"Abay, bangun, udah pagi loh!"
"Papa udah kesini belum?"
Meow
Lala tertawa saat mendengar Abay menjawab sapaannya, melihat kucing tersebut masih ingin melanjutkan tidurnya, Lala kembali menurunkan Abay ke meja yang tidak terlalu reot. Tahu Abay tidak ingin di ganggu, Lala segera pergi meninggalkan tempat tinggal anaknya itu.
Lala berjalan kearah taman untuk menemui Jarius, lalu mendapati Jarius sedang duduk dengan tenang sambil menikmati cahaya matahari pagi yang menyehatkan.
Tanpa ragu, Lala ikut duduk disamping Jarius sambil melepas jaketnya, sedangkan Jarius yang merasa jika ada seseorang yang duduk di sampingnya langsung membuka matanya, saat tahu jika orang itu Lala, Jarius kembali menutup matanya.
"Abay nyariin loh, tega banget ga nyamperin dia."
"Tau darimana Abay nyariin gue?" Tanya Jarius yang masih terus menutup matanya.
"Aku kan Mamanya, kekuatan batin seorang ibu sama anak itu kuat banget kalau kakak lupa."
"Gue kan Papa, gue harus belajar supaya pinter, kalau gue pinter, gue bakal dapet pekerjaan yang layak, dan menghidupi ekonomi keluarga kita."
Lala speechelesh, menatap Jarius dengan tatapan sayangnya. "Ko bisa sosweet gini si, aku makin tambah sayang kan."
"Jangan geer, gue ngelakuin ini buat Abay bukan buat Lo." Lala berdecak kesal, mengeluarkan susu kotak rasa coklat kesukaannya lalu meminumnya, tidak bisa sehari saja dirinya tidak meminum susu.
Sambil menikmati susu coklatnya, Lala menyandarkan kepalanya pada bahu Jarius, sedangkan orang yang saat ini bahunya sedang dipakai untuk bersandar, hanya bisa terdiam sambil terus menutup matanya.
"Nyaman." Kali ini Jarius menyetujui ucapan Lala, namun karena ingin terus menikmati suasana nyaman berdua ini, Jarius hanya berdehem.
"Kok diem aja si! Ngomong ke, cukup sikap cuek kakak aja yang ngediemin aku, mulut kakak jangan."
"Ekhm.., Rambut Lo wangi, gue jadi gugup." Lala mengernyit lalu tak lama tersenyum jahil, dengan mulut yang masih menyedot susu kesukaannya, Lala mengangkat kepalanya, membuat Jarius membuka matanya lalu menatap Lala dengan heran.
"Kakak mulai suka ya sama aku?"
Lala tersenyum menggoda sambil mengangkat-angkat alisnya saat Jarius gelagapan sambil menghapus keringat yang turun didahinya, apalagi wajah Jarius terlihat merah seperti tomat, membuat Lala yakin jika pemuda itu memang menyukainya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cold Boy with His Overloves [END]
Jugendliteratur"Gimana? Udah cari kebenaran tentang sosok pangeran berkuda di dunia nyata belum?" "Belum nih, bisa bantu ga?" "Gabisa." "Kenapa?" "Karena gue yang Lo cari." Hanya kisah klasik biasa. Tentang perjalanan cinta si dingin menjadi si bucin, dan si buc...