.
.
.Melahap makanannya dengan nikmat, Lala merasakan perasaan senangnya semakin bertambah saat makanan yang ia sukai ternyata dapat ia dan Jarius temukan di jalanan.
Nasi lengko. Makanan khas asli Cirebon yang sarat akan protein dan karbohidrat.
Sebagai orang Indonesia Lala mengaku jika dirinya sangat suka makan jajanan enak. Bukan hanya itu saja, makanan berat, aneka camilan, minuman dingin, dan panas juga bisa dibeli dari pedagang kaki lima. Pokoknya sangat simple dan murah!
Namun, meskipun sangat potensial, Lala juga harus memperhatikan faktor kesehatannya. Karena selama ini jajanan kaki lima identik dengan tidak higienis dan memakai banyak bahan tambahan untuk menekan harga.
"Ga sekalian satenya?" Lala menggeleng dengan mulut yang ia beri gesture mual, dirinya sangat tidak menyukai sate kambing karena dagingnya yang keras.
"Aku gasuka sate kambing."
"Kalo Lo suka gue, Lo juga harus suka apa yang gue konsumsi."
"Ga gitu juga konsepnya kak..." Lala menatap Jarius dengan malas, memilih untuk mengabaikannya dan meminum teh tawar hangat miliknya.
Dengan tiba-tiba Jarius menaruh satu tusuk sate kambing ke piring Lala, menekan Lala untuk segera memakan makanan pemberiannya. Lala menolak! memakan sate kambing selalu berhasil membuatnya muntah, bahkan hanya dengan mencium baunya saja bisa membuat Lala mual.
"Aku gasuka. Hueekk." Lala mulai merasakan mual bahkan hanya karena mencium bau sate kambing yang berada di piringnya. Menutup hidungnya rapat-rapat supaya bau dari sate tersebut menghilang.
"Ayo makan." Lala kembali menggeleng.
"Ngga semua yang kakak suka, harus aku suka juga." Lala berucap dengan suaranya yang bindeng, dirinya masih terus menutup hidung karena tidak tahan mencium bau sate yang sebentar lagi akan membuatnya muntah.
"Kalau gitu jangan suka sama gue aja sekalian." Lala melotot, membuat Jarius terkekeh namun masih terus memaksa Lala untuk memakannya.
"Dasar egois." Ujar Lala sambil melepaskan tangan yang sedari tadi merapatkan indera penciumannya.
"Satu tusuk, kakak harus peluk aku." Tawar Lala dengan gaya menantang, bukankah memang harus seperti itu? Kita harus saling menguntungkan.
"Deal!" Jarius menatap Lala remeh, menatapnya lurus sambil bemperhatikan bagaimana bibir kenyal itu akan melahap sate kambing yang ia berikan.
Jarius tertawa, baru saja sate tersebut sampai di depan mulutnya, Lala langsung menaruhnya kembali keatas piring dan berjalan ke arah WC sambil membekap mulutnya. Membuat Jarius tak henti-hentinya tertawa dengan puas. Dirinya hanya heran, masih ada orang yang tidak menyukai sate kambing disini?
Keluar dari kamar mandi, Lala menatap Jarius kesal, kembali duduk namun sudah tidak berselera untuk memakan makanan kesukaannya. Alhasil, nasi lengko yang sudah tercampur dengan satu tusuk sate kambing tersebut ia abaikan.
"Gajadi dapet pelukan dari gue deh." Tanpa merasa bersalah sama sekali, dengan entengnya Jarius kembali memakan makanannya. Membuat Lala mencebik kesal dan menatap Jarius dengan tatapan acuhnya.
"Bodo!"
Lala memutuskan untuk bermain ponsel sambil menunggu Jarius menghabiskan makanannya, sama sekali tidak tergoda dengan nasi lengko yang tinggal setengah tepat berada dihadapannya.
Tak lama, saat dirinya mendengar Jarius bersendawa lalu mengucapkan tahmid, Lala mengalihkan pandangannya kepada piring Jarius yang sudah bersih. Dirinya berdiri lalu berjalan kearah ibu-ibu yang memiliki warung karena berniat untuk membayar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cold Boy with His Overloves [END]
Teen Fiction"Gimana? Udah cari kebenaran tentang sosok pangeran berkuda di dunia nyata belum?" "Belum nih, bisa bantu ga?" "Gabisa." "Kenapa?" "Karena gue yang Lo cari." Hanya kisah klasik biasa. Tentang perjalanan cinta si dingin menjadi si bucin, dan si buc...