Setelah kejadian memalukan di koridor tadi, Lala sama sekali tidak berani untuk keluar kelas. Dirinya terlalu malu jika harus berpapasan dengan Jarius.Saat ini Lala sedang berada di dalam kelas. Sendirian, karena anak kelas yang lain masih menghabiskan waktu mereka di kantin. Lala memilih untuk membuang rasa bosannya dengan cara melihat pertandingan basket melalui jendela kelas.
"Wah, masuk lagi." Lala bertepuk tangan dengan semangat saat Jo kembali memasukkan bola kedalam ring.
"Ayo kak semangat! Tinggal satu poin lagi."
"Lo ngomong sama siapa?" Lala terhenyak, memegang dadanya dengan nafas tercekat dan menatap Oci dengan tatapan terkejutnya.
"Oci! Lo ngagetin banget si." Lala mendelik dan menyuruh Oci untuk duduk disampingnya.
"Gue lagi liat kak Jo tanding." Oci berdecak, kenapa Lala melupakan percakapan mereka saat tadi pagi sih.
"Kan gue udah bilang, jangan deket-deket sama kak Jo. Lo ngeyel banget si dibilanginnya."
Lala menjadi bingung sendiri, siapa yang dekat-dekat dengan Jo? Dirinya hanya melihat pertandingan basket yang diketuai oleh Jo, kenapa Oci terlihat sangat tidak suka.
"Lo suka ya sama dia?" Tanya Lala sembari menatap oci dengan tatapan intensnya.
Tiba-tiba Oci menjadi kikuk. Dirinya mencoba untuk menghindar dari pertanyaan yang Lala ajukan dengan cara menggaruk-garuk tengkuknya yang tak gatal.
"Ami sama Jane masih di kantin?" Lama mendengar jawaban Oci, Lala memutuskan untuk mengalihkan pembicaraan supaya suasana tidak menjadi canggung.
"Iya, Ami kasian tau La. Dia di gangguin terus sama si Fayed."
"Capek banget gue sama sikapnya. Ga kapok- kapok padahal percuma, mereka itu gaakan mungkin bersatu." Oci mengangguk mengiyakan. Dirinya tentu sama kesalnya dengan Lala, melihat jika sahabatnya terus di ganggu membuat Oci ingin memukul wajah Fayed menggunakan tongkat baseball milik ayahnya.
"Kalian ngomongin apa?" Oci dan Lala sama-sama panik saat Jane dan Ami masuk disusul oleh anak lainnya. Mereka saling tatap satu sama lain, bertanya mengenai alasan apa yang harus mereka lontarkan supaya Ami percaya jika mereka tidak membicarakannya.
"Um, ini mi, katanya si Lala mau muncak."
"Kok tadi gue denger kalian nyebut nama Fayed ya?" Tanya Jane sembari menatap Lala dan Oci dengan intens.
"Kalian ngomongin gue?" Mereka semua langsung berbalik saat seseorang bertanya dengan tiba-tiba. Ternyata Fayed datang sambil mengemut permen di mulutnya.
Fayed, cowok badboy yang sayangnya menjadi teman sekelas mereka. Penampilannya seperti preman. Selalu memakai aksesoris seperti anting dan kalung, celana ketat dan baju seragam yang sering ia keluarkan.
Sangat tidak cocok bukan? Fayed si cowok badboy dan Ami cewek lovey yang rajin mengaji itu bersatu?
Bersyukurlah kepada Tuhan karena Fayed masih dikaruniai ketampanan yang mempesona olehnya.
"Apaansi geer." Ujar Oci tak biasa.
🌸🌸🌸
Hari ini hari terpanjang Lala disekolah. Lala berada disekolah hingga pukul 4 sore. Apalagi alasannya jika bukan menunggu jemputan tukang ojek?.
Sejak pagi entah kenapa langit selalu mendung. Rasanya seperti waktu magrib padahal jam tangannya masih menunjukkan pukul empat. Tak lama, satu tetes air turun mengenai kepalanya. Lala panik, hujan sebentar lagi akan turun tetapi sama sekali tidak ada tanda-tanda jika ojek yang dipesannya akan datang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cold Boy with His Overloves [END]
Fiksi Remaja"Gimana? Udah cari kebenaran tentang sosok pangeran berkuda di dunia nyata belum?" "Belum nih, bisa bantu ga?" "Gabisa." "Kenapa?" "Karena gue yang Lo cari." Hanya kisah klasik biasa. Tentang perjalanan cinta si dingin menjadi si bucin, dan si buc...