______________
"Gini aja, kita saling melupakan, kita saling menjauh dan aku akan menghilang, gimana?"
-
-
~•~Sampai di depan rumahnya, Lala mengharapkan jika dirinya bisa langsung berganti pakaian lalu pergi ke rumah sakit. Namun saat mendapati presensi tubuh seseorang yang tengah membelakanginya, Lala merasa jika waktunya akan sedikit terkuras.
Lala menghela nafas sebelum akhirnya menepuk pelan pundak orang tersebut, sama sekali tidak memperlihatkan senyumannya saat Jarius berbalik lalu menghadapnya.
"Ngapain?"
"Jemput Lo."
"Kemana? Aku mau ke rumah sakit."
"Sebentar doang." Jarius memberanikan diri untuk memegang tangan Lala, namun Lala malah menghindar hingga membuat Jarius menghela nafas berat.
"Aga udah nungguin aku."
"Jawaban Lo?"
Lala terdiam, memperhatikan kedua bola mata Jarius dengan tatapan tidak bisa diartikan.
"Aku gamau bahas itu dulu, aku mau ke rumah sakit."
Baru saja Lala melewati Jarius untuk masuk ke dalam rumah, tiba-tiba Jarius menarik tangannya dengan kasar, menyeretnya, lalu memaksanya untuk naik ke atas motor.
Beruntung Hilmy cepat bertindak. Dengan cepat dirinya langsung menghadang Jarius, merebut Lala lalu ia sembunyikan dibelakang punggungnya.
"Pergi Lo Biang rusuh!." Hilmy mendorong Jarius dengan kasar, membuat Jarius sedikit terhuyung namun tetap memasang wajah dinginnya.
Jarius maju dengan tangan yang terkepal, ingin meninju Hilmy namun kalah telak oleh Lala yang dengan cekatan mencegahnya.
"Kak please ngerti, Aga lagi berjuang melawan maut di rumah sakit." Jarius masih mengepalkan tangannya saat Lala memegang dada miliknya, memohon kepada dirinya untuk tidak berbuat keributan.
"Lo yang ga ngerti!"
Jarius menghempaskan lengan Lala dengan kencang, berbalik lalu pergi mengunakan motornya dengan kecepatan diatas rata-rata. Meninggalkan Lala dan juga Hilmy yang menatap kepergiannya dengan tatapan takut.
Takut jika Jarius akan berbuat nekat.
___
Lala tak henti-hentinya menangis didalam kamar mandi, dirinya membiarkan air matanya jatuh bersama air. Mengingat kejadian barusan membuat Lala merasa sangat bersalah. Tidak seharusnya ia mengabaikan Jarius perkara Aga yang saat ini sedang terbaring di rumah sakit.
Lala sangat mencintai Jarius. Lala sangat takut jika Jarius akan kecewa dan pergi dari kehidupannya.
"Kak, masih lama mandinya?" Lala tidak segera menjawab saat Hilmy mengetuk-ngetuk pintu, dirinya malah terus menatap pintu tersebut sambil menangis tersedu-sedu.
"Kak?"
"Lo ke rumah sakitnya sama mamah aja duluan, gue mandinya lama."
"Terus nanti--"
"Gue naik ojek, Lo duluan aja sana."
"Oke... Telepon gue kalau ada apa-apa."
Lala mengangguk yang tentunya tidak diketahui oleh Hilmy. Setelah tidak lagi mendengar sahutan, Lala sedikit bernafas lega, dirinya jadi bisa menangis dengan puas sekarang. Lagian, tidak ada pedoman aktivitas menangis tidak boleh terlalu banyak atau sering. Bukan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Cold Boy with His Overloves [END]
Teen Fiction"Gimana? Udah cari kebenaran tentang sosok pangeran berkuda di dunia nyata belum?" "Belum nih, bisa bantu ga?" "Gabisa." "Kenapa?" "Karena gue yang Lo cari." Hanya kisah klasik biasa. Tentang perjalanan cinta si dingin menjadi si bucin, dan si buc...