Membiarkannya Pergi

25 4 0
                                    

____________

Marta terdiam di balkon rumahnya dengan pikiran yang berkecamuk, memikirkan perkataan dokter saat menjelaskan kesehatan Aga saat tadi, dirinya sama sekali tidak memiliki harapan, apa yang harus Marta lakukan untuk kesembuhan Aga. Penyakit Aga, itu semakin parah.

"Pasien harus mengalami kelumpuhan pada kaki dan tangannya" Lagi, bayang-bayang suara dokter saat sedang menjelaskan terngiang-ngiang di kepalanya.

"Karena penyakit kaki pasien yang tidak diketahui, membuatnya menyebar ke kedua tangan pasien."

"Kemungkinan pasien bisa 'hidup' kembali jika melakukan opeasi 'transfer saraf'."

"Penelitian ini penting karena ada konfirmasi perbaikan fungsional dengan transfer saraf atas transfer tendon yang lebih umum digunakan pak."

"Peningkatan fungsi akan membuat perbedaan besar bagi orang-orang dengan tetraplegia tetapi itu bukan penyembuhan lengkap untuk jenis kelumpuhan ini karena lengkap, fungsi normal tidak dipulihkan,"

"Apa itu tidak berbahaya dok?"

"Operasi transfer saraf tidak berbahaya pak, malah membuat kemajuan yang sangat fantastis untuk kesembuhan pasien."

"Jika keluarga bersedia, kami akan segera melakukan penelitian dan pengamatan. Sebelum waktunya terlambat, dan membuat pasien tidak terselamatkan."

"Saya setuju dok." Ucap Wati dengan mantap, dirinya sangat menginginkan kesembuhan sang anak.

"Bu." panggil Marta dengan nada khawatir, dirinya ragu jika Aga harus melakukan operasi.

"Saya ibunya, dan saya setuju."

"Lebih baik kita rundingkan terlebih dahulu dengan Adnan dan yang lainnya ya Bu." Marta masih tetap membujuk supaya Wati tidak salah dalam mengambil keputusan, namun melihat Wati yang sangat menginginkan kesembuhan sang anak membuat Marta diam tak berkutik.

"Saya ini tidak punya keluarga lagi, dan saya tidak mau kehilangan anak saya."

"Segera lakukan secepatnya dok. Berikan anak saya kesembuhan."

"Apa ibu yakin--"

"Saya yakin dok."

"Tetapi, begini, operasi akan di lakukan tidak disini. Saya dan tim saya akan melakukan penelitian di luar negeri, lebih tepatnya di Singapura."

"Saya tetap menginginkan kesembuhan anak saya, lakukan meski itu harus dimana pun. Saya siap mendampingi."ucap Tante Wati tidak terbantahkan.

Marta terhenyak dari lamunannya saat mendengar suara lembut putrinya yang menyuruhnya untuk sarapan. Melihat wajah menggemaskan itu membuat Marta semakin tidak tega untuk memberikan kabar yang mungkin merupakan kabar buruk bagi sang putri.

Lala pasti tidak ingin berjauhan dengan Aga, apalagi dengan kondisi Aga yang terbilang tidak baik-baik saja. Meskipun untuk kesembuhan Aga, Lala pasti akan egois dan tetap tidak ingin berjauhan dengan teman seperjuangannya itu.

"Papah.. Lala dari tadi manggil, ga denger?"

Marta berpura-pura terkejut saat melihat kedatangan Lala, lalu mengundang tawa penuh gembira dari sang putri. "Tadi papah lagi teleponan sama temen sayang."

"Jadi, kapan Aga pulang?"

Marta ingin sekali menangis melihat wajah ceria itu, dirinya tidak bisa membayangkan jika nanti anaknya akan mengurung dirinya didalam kamar setelah mendengar kabar ini.

"Secepatnya."

🌸🌸🌸

Sore ini, Lala sedang berkeinginan untuk menyiram tanaman ibunya, merasakan kebosanan yang teramat dalam membuatnya merasa ingin melakukan sesuatu. Sedang memindahkan pot yang digantung untuk disiram, Lala mengernyit saat mendapati Tante Wati terlihat sangat kesusahan memindahkan barang-barang.

Cold Boy with His Overloves [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang