"Gimana gue bisa ketok pintu kalau Lo nya aja nahan badan gue kayak gini!"
Belum sempat Hilmy berbicara, pintu besar yang menjadi tumpuan mereka berdua tiba-tiba terbuka. Menyebabkan tubuh mereka terjatuh secara bersamaan dengan posisi Lala yang berada dibawah dan Hilmy diatas menindih tubuh kakaknya.
Brugh!
___
Bisa bayangkan bagaimana remuknya tulang Lala sekarang? Meskipun umum dirasakan, rasa nyerinya terasa sangat hebat. Aksi dorong-dorongannya bersama Hilmy saat tadi saja mampu membuat badannya pegal-pegal, apalagi saat ini ditambah dengan tubuh kekar Hilmy yang menindih tubuhnya.
Meskipun begitu, rasa sakitnya tidak sebanding dengan rasa malunya saat ini. Melihat Jarius yang terdiam tepat disamping mereka yang masih tergeletak dilantai membuat Lala cepat-cepat ingin pulang, Lala mungkin tidak akan menunjukkan batang hidungnya beberapa hari kedepan karena malu.
Jarius membantu Hilmy untuk bangun, lalu disusul oleh Lala yang bangun dengan keadaan yang sangat acak-acakan, menatap Hilmy dengan tatapan penuh dendamnya.
"Augh! Punggung gue sakit banget!" Geram Lala sambil menyentuh bahunya yang teramat sakit, menatap Hilmy dengan tajam dan penuh amarah.
Karena kesal melihat adiknya yang tak kunjung meminta maaf, Lala langsung menjewer kedua telinga Hilmy dengan seluruh tenaganya, membuat Hilmy kesakitan dan membalas perbuatan kakaknya dengan cara menarik-narik mukenanya.
Jarius hanya menonton sambil bersedekap dada, tak mempercayai jika waktu mengajinya akan ia habiskan bersama kedua kakak beradik yang notabennya tidak bisa diam dan terus berisik itu.
"Lo ngapain nahan gue di depan pintu tadi hah?!" Lala menggeram, terus menjewer telinga Hilmy tanpa ampun.
"Lo nya aja dibikin ribet, gue kan udah nyuruh lo buat ketok pintu duluan!" Hilmy tidak mau kalah, semakin kencang kakaknya itu menjewer telinganya, maka semakin kuat dirinya menarik-narik mukena yang mungkin sebentar lagi akan sobek.
"Salah Lo!"- Lala
"Salah Lo!"- Hilmy
"Enak aja salah Lo!"- Lala
"Enak aja salah Lo!"- Hilmy
"Enak aja salah Lo!"- Lala
"Lo kalau..."
"KALIAN BISA DIEM?!" Suara Jarius yang menggelegar itu mampu membuat pertengkaran berhenti sejenak, Lala dan Hilmy sama-sama menengok, mereka meneguk ludah kasar saat mendapati Jarius sedang bersedekap dada sambil menatap mereka dengan tajam.
Karena takut, Lala terlebih dahulu melepas tangannya yang berada ditelinga Hilmy, disusul oleh Hilmy yang terus menunduk karena tidak berani menatap orang yang disukai oleh kakaknya itu.
"Ada apa si?! Kalian ngapain kesini? Ada urusan sama gue?"
Hilmy menyenggol pinggang Lala menggunakan sikunya, dan itu diperhatikan dengan jelas oleh Jarius yang saat ini telah mengubah posisinya menjadi menaruh kedua tangannya di pinggang.
"Kita mau ngaji disini Kak."
"Disuruh mamah." Timpal Hilmy.
"Oh."
Lagi-lagi Hilmy menyenggol pinggang Lala menggunakan sikunya, namun kali ini dibalas oleh Lala yang menyenggol pinggang Hilmy menggunakan pantatnya.
"Kalian berdua punya waktu buat ngerapihin penampilan kalian yang acak-acakan, mamah gue baliknya abis isya." Ujar Jarius lalu berjalan dengan santai kearah dapur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cold Boy with His Overloves [END]
Fiksi Remaja"Gimana? Udah cari kebenaran tentang sosok pangeran berkuda di dunia nyata belum?" "Belum nih, bisa bantu ga?" "Gabisa." "Kenapa?" "Karena gue yang Lo cari." Hanya kisah klasik biasa. Tentang perjalanan cinta si dingin menjadi si bucin, dan si buc...