_
_
_Ucapan Lala yang terdengar sangat omong kosong itu ternyata benar ia laksanakan, tidak ada air mata yang keluar, hanya ada tatapan tegas darinya saat melihat pintu besar dihadapannya.
Sudah dua kali ia mengetuk pintu, namun sang pemilik rumah belum juga membukanya, mungkin sudah menebak jika dirinyalah yang datang bertamu.
Lala mengeluarkan ponselnya, berniat untuk menelepon Jarius namun nomornya tetap tidak aktif.
Kembali mengetuk pintu, namun tidak ada sahutan, mungkin Tante Yuna sedang tidak ada dirumah sehingga ia diabaikan di depan rumah.
Lala memundurkan langkahnya, menatap balkon kamar Jarius yang terlihat sepi karena pintunya tertutup, sepertinya memanjat keatas sana bukanlah ide yang buruk, namun Lala tidak ingin melakukan itu, hari terakhir ia disini, Lala tidak ingin dianggap sebagai pencuri.
Karena bingung harus melakukan apa, Lala menengok-nengokkan kepalanya, melihat sekeliling untuk memastikan jika kawasan rumah ini sedang sepi.
"JARIUSS!!"
"AKU MARAH YA! KAMU PIKIR TERUS-TERUSAN DI CUEKIN ITU ENAK!?"
Seperti orang gila yang tidak memiliki urat malu, Lala terus berteriak mengarahkan suaranya kearah kamar Jarius, menyuruh pemuda itu untuk turun lalu membukakan pintu untuknya.
"AKU BESOK PINDAH LOH INI! EMANGNYA KAMU GA KANGEN SAMA AKU?"
"AKU KANGEN!"
"KAMU HARUSNYA NGERTI PERASAAN CEWEK!"
Lelah karena terus-terusan diabaikan, Lala menghela nafas lalu menangis dengan pelan, terduduk di tanah yang kotor sambil meremas jaketnya kuat.
"Jahat hiks."
Bergumam dengan sangat pelan, rasanya Lala ingin menyerah saja, seharusnya ia berpikir dua kali untuk mendatangi rumah ini kembali.
"Lala?"
Mendengar namanya dipanggil, Lala langsung menghentikan tangisannya, menengok ke belakang tepat saat namanya dipanggil, seketika dirinya terkejut, disana ada Tante Yuna dan juga Jarius yang sedang memandanginya heran.
Lala terdiam menahan malu, jadi sedari tadi memang tidak ada orang di rumah ini? Jadi dirinya meneriaki rumah yang kosong, begitu?
Menyadarinya Lala langsung memukuli kepalanya, merutuki kelakuannya yang terdengar sangat memalukan jika diceritakan.
"Eh kenapa kepalanya dipukul?" Jarius langsung mencegah tangan Lala saat Lala akan kembali memukul kepalanya, menggenggamnya lalu sebelah tangannya ia pakai untuk mengusap-usap kepala Lala.
Tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini, Lala langsung memeluk Jarius dengan erat, menenggelamkan kepalanya di dada Jarius, lalu menghirup aroma maskulin pemuda itu dengan puas.
"Kenapa ngilang? Nomer kamu juga ga aktif!"
Jarius tersenyum lalu membalas pelukan Lala, menatap sang ibu yang berjalan masuk ke dalam rumah setelah menepuk pundaknya.
"Hape aku rusak."
"Jangan boong!" Lala memukul pundak Jarius dengan kencang, sedangkan Jarius yang merasa kesakitan hanya bisa tersenyum, dirinya malah senang karena rasa rindunya terbalaskan.
"Kamu kemana aja?" Tanya Lala sambil melepaskan pelukannya, menatap Jarius untuk meminta kejelasan.
"Kita masuk dulu ya, gaenak diliatin tetangga."
Lala mengangguk lalu tersenyum saat Jarius menggandengnya untuk masuk kedalam rumah, setelah sekian lama akhirnya ia bisa merasakan kembali genggaman tangan Jarius.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cold Boy with His Overloves [END]
Novela Juvenil"Gimana? Udah cari kebenaran tentang sosok pangeran berkuda di dunia nyata belum?" "Belum nih, bisa bantu ga?" "Gabisa." "Kenapa?" "Karena gue yang Lo cari." Hanya kisah klasik biasa. Tentang perjalanan cinta si dingin menjadi si bucin, dan si buc...