-
-
-Waktu berlalu begitu cepat. Berbulan-bulan telah terlewati, tak terasa hubungan Jarius dan Lala semakin hari semakin lengket, cinta diantara keduanya tumbuh kuat. Walaupun terkadang salah paham ataupun pertengkaran kecil sering terjadi diantara mereka, tapi hal itu sangat wajar dalam sebuah hubungan.
Meski tiga bulan terbilang waktu yang cukup singkat, telah banyak yang berubah, misalnya hubungan Jane dan Dadan yang kian romantis, Jo yang sedang disibukkan dengan berbagai macam materi ujian, Oci dan Rafa yang hubungannya semakin serius, dan Aga yang masih harus terus menjalani pengobatan untuk kesembuhannya.
Ami sudah dimasukkan ke dalam pesantren oleh Abinya, dan selama itu pula Lala tidak pernah lagi bertemu dengan sahabat cantiknya, meski Ami berjanji akan berkunjung saat libur, Lala tetap dan semakin rindu dengan ocehannya.
Namun, saat mendengar kabar yang sangat mengejutkan saat sarapan bersama tadi, mendadak Lala merasa sesak di dadanya, kabar yang keluar dari mulut ayahnya itu terasa sangat pahit untuk ia terima, Lala, dirinya tidak tahu harus berbuat apa.
Dalam posisinya yang tidak berkutik, Lala memperhatikan seisi kamarnya, kamar yang sering kali ia pikir untuk tetap berada didalamnya, ternyata hanya sebuah kamar yang akan ia tempati untuk sementara, dan sialnya, saat dirinya berpikir bahwa rumah ini akan indah, bersih, dan baik- baik saja tanpa harus mengerjakan apa-apa. Kelak, harus ia dan keluarganya tinggalkan.
Flashback
Suasana di meja makan pagi itu terlihat sangat harmonis, sang ibu yang dengan telaten mengurus kedua anak serta suaminya, lalu sang suami yang tak henti-hentinya bercerita tentang pengalamannya semasa sekolah.
Lala dan Hilmy sebagai anak yang baik hanya bisa pasrah mendengarkan, meski bosan mendengar cerita papahnya yang selalu bercerita tentang bagaimana sulitnya ia menerjang berbagai rintangan untuk sampai sekolah, atau bercerita tentang perjalanan cintanya.
"Papah pasti boong, orang papah sama mamah ketemu di Belgia waktu mamah kuliah disana, masa ia pas SD udah surat-suratan," lala tertawa mendengar ocehan adiknya, apalagi saat melihat eksperi papanya yang terlihat kewalahan melawan anaknya sendiri.
"Maksud papah itu sama mantan papah, asal kamu tau, papah kamu ini dulunya jadi inceran cewek-cewek."
"Pasti cewek-cewek yang ngejar papah gaada kerjaan banget kayak kakak, cowok kok dikejar," mendengar sindiran itu, Lala langsung melempar pisau yang akan ia gunakan untuk mengoles selai, beruntung pisau itu belum ia lumuri menggunakan selai strawberry kesukaannya.
"Kok jadi bawa-bawa gue?"
"Dulu kan Lo emang ngejar-ngejar bang Jarius."
"Itukan dulu, sekarang--"
"Sekarang Jarius udah jadi pacar kamu?" ucapan Lala terputus begitu saja saat papanya bertanya, jika ditanya langsung begini, Lala jadi malu sendiri, alhasil, Lala hanya menggaruk-garuk kepalanya sambil mengalihkan pandangannya, mencoba untuk menghindari tatapan menggoda dari papanya.
"Kalau Jarius sama verina tau kita mau pindah, gimana?"
"Kita mau pindah rumah?!" Lala dan Hilmy kompak bertanya dengan ekspresi wajah yang sama, mendengar hal semacam itu belum pernah mereka bayangkan sebelumnya.
"Bukan pindah rumah, tapi pindah negara juga."
Lala dan Hilmy kompak memasang wajah kaget, mendengar tuturan tanpa beban itu membuat mereka sama-sama dilandasi dengan rasa penasaran.
Merasa jika dirinya tidak mengerti dengan keadaan, Lala menatap ibunya yang hanya menunduk dengan helaan nafas panjang, pun dengan Hilmy yang sedari tadi tidak berkutik sambil memegang rotinya yang tinggal setengah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cold Boy with His Overloves [END]
Ficção Adolescente"Gimana? Udah cari kebenaran tentang sosok pangeran berkuda di dunia nyata belum?" "Belum nih, bisa bantu ga?" "Gabisa." "Kenapa?" "Karena gue yang Lo cari." Hanya kisah klasik biasa. Tentang perjalanan cinta si dingin menjadi si bucin, dan si buc...