Berhenti Berekspektasi

63 11 1
                                    


Karena pertandingan basket tadi membuat sekolah menjadi tidak terkendali, para guru sepakat untuk membebaskan jam pelajaran dan membuat seluruh murid SMA Bumi Pertiwi senang bukan main!

Tetapi setiap murid memiliki keunikan dan karakternya masing-masing, inilah yang membuat setiap murid tidak bisa ditangani dengan cara yang sama. Disaat murid lain senang karena sekolah dibebaskan, Jarius malah kesal dan ingin terus belajar, Jarius lebih senang belajar daripada harus bosan berdiam diri di kelas.

Belum lagi pikirannya ini terus memikirkan Lala, rasanya Jarius bisa gila jika terus-terusan begini.

Apa jadinya jika benar Lala sudah berpaling dan menerima cintanya Jo? Lalu dirinya? Akan diabaikan dengan hatinya yang sakit begitu?

Jarius mendelik saat segerombolan teman-temannya itu masuk, mereka masih saja membicarakan pertandingan basket yang jelas-jelas sudah selesai dan tahu siapa pemenangnya, apalagi ada yang terang-terangan mengatakan jika Jo dan Lala itu sangat cocok jika menjadi pasangan.

Melihat sidiq berjalan menghampirinya, Jarius langsung memasang wajah datar seolah tidak peduli dengan pembicaraan mereka.

"Kok Lo langsung ke kelas?"

"Ya terus? Harus apalagi gue?"

Sidiq memasang wajah malas, baru bertanya seperti itu saja Jarius sudah sensitif. "Kenapa? Gara-gara Lala?"

Jarius mengedikan bahunya acuh.

"Lo tuh kayak orang cupu tau ga kalau terus-terusan mendem perasaan."

Jarius terdiam, tidak mempedulikan perkataan sidiq dan terus menatap jendela. Sidiq mengalihkan pandangannya kepada teman-temannya, mendengarkan dengan jelas pembicaraan mereka yang membuatnya mengerti.

"Gausah dengerin apa kata orang kali, jelas-jelas Lala sukanya sama Lo."

Jarius menghela nafas berat, masih belum mau menoleh kearah sidiq. Menurutnya menatap jendela lebih penting daripada menatap wajah sidiq yang pas-pasan.

"Kayaknya gue hilang juga dia gak papa, dia santai-santai aja."

Sidiq tertawa, tak menyangka jika Jarius akan menyukai Lala sampai sebegitunya, rasanya sangat aneh melihat Jarius yang terlalu lemah memperjuangkan cintanya untuk Lala.

"Ya Lo jangan sampe hilang lah, kejar terus Lala nya."

"Gue gengsi." Ujar Jarius dengan sangat pelan, membuat sidiq yang berada tepat disampingnya pun tidak bisa mendengarnya.

"Hah?"

"Apaan? Gue ga ngomong apa-apa."

Jarius berdiri, membenarkan baju seragamnya lalu keluar kelas untuk pergi ke taman. Membuat sidiq yang ia tinggalkan menggelengkan kepalanya lalu tersenyum.

"Cinta itu cuma bikin capek." Ujarnya lalu mulai membuka ciki yang sedari tadi ia sembunyikan di kolong meja.

🌸🌸🌸

Jika sendirian ditaman seperti ini,   Lala jadi ingat kapan terakhir kali ia bermain petak umpet dan ular naga panjang. Mengingat jika dirinya sudah sangat lama tidak bermain permainan seperti itu membuat Lala merindukan masa-masa saat dirinya masih kecil.

Namun tenang saja, duduk di taman juga menjadi pilihan yang tepat untuk menebus rasa rindunya.

Berdiam diri sambil di temani oleh suasana yang sepi di belakang sekolah sama sekali tidak membuat Lala takut, dirinya dengan sabar menunggu Jo yang menyuruhnya untuk menunggu di sini. Sudah dua puluh menit Lala menunggu, orang yang di tunggu akhirnya datang juga.

Cold Boy with His Overloves [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang