9. Tears are Falling

2.4K 318 280
                                    

Tumben-tumbenan kan aku update cepet lagi. Itu karena feedback kalian yg bikin aku terhibur. 😂 Makasih readerku yang Budiman 🙇‍♀️🙇‍♀️

Dan untuk yang kemaren sempet nebak di chapter 8, hayo apakah tebakan kalian benar? 😂

Jangan lupa tinggalkan komen dan vote ya, supaya author abal-abal ini bisa update cepet lagi. Syukur² bisa seminggu sekali 🤭😘😘

Selamat membaca 😘😘😘

---------------------------------------------

Sebelumnya.

"Anda keluarga anak Winter Hwang?" Tanya sang dokter lagi.

Taeyeon pun dengan sigap menjawab pertanyaan tersebut.

"Ya.. saya adalah.."

"Saya adalah neneknya." Jawab nyonya Lee.

Deg!

--

Taman kota Busan.

"Selamat makan." Ucap Tiffany memberikan semangkuk sup pada anak kecil yang sedang menyodorkan piring besi yang sudah terisi lauk dan nasi. Senyumnya lebar melihat anak kecil itu tersenyum dan berterima kasih padanya. Lalu di susul anak kecil lain yang sudah mengantre di belakang.

Senyum tak pernah lepas dari wajahnya melihat anak-anak kurang mampu itu makan di meja yang sudah di sediakan dengan lahap.

Well, sebuah kebahagiaan baginya melihat anak-anak kurang mampu itu makan. Jika bisa, ia ingin memberi mereka makanan enak setiap hari, tapi badan amal yang ia ikuti belum bisa merealisasikan karena dana dari beberapa perusahaan makanan tidak cukup.

Meski begitu Tiffany masih bersyukur karena sudah diperbolehkan bergabung dengan badan amal tersebut.

Melihat anak-anak itu mengingatkannya pada masa lalunya. Dimana ia harus bersusah payah mencari makan dengan bekerja serabutan di usia yang masih ilegal untuk bekerja.

Namun sekarang hidupnya sudah sedikit berubah, meski tidak setiap hari makan enak, Tiffany selalu berusaha memberikan makanan sehat untuk keluarga kecilnya. Ya.. makanan enak belum tentu sehat di konsumsi tiap hari dan makanan sehat sudah pasti bermanfaat setiap hari.

Dan dengan bantuan Seohyun, Tiffany bisa membuka toko roti yang sebagian hasilnya ikut ia sumbangkan ke badan amal ini dan bisa ikut memberi makan mereka yang membutuhkan.

Siapa yang tahu, mulai dari sumbangan kecil, suatu hari nanti ia bisa membuka badan amal sendiri dan bisa memberi makanan lezat nan sehat pada anak-anak kurang mampu setiap hari.

"Selamat makan." Ucapnya lagi, tersenyum pada seorang gadis yang menyodorkan piring besi padanya.

Sekali lagi, melihat senyum gadis itu membuatnya bersyukur. Bersyukur karena Winter, putrinya tidak perlu merasakan susahnya mencari makanan agar tetap bisa bertahan hidup, agar tidurnya bisa nyenyak tanpa terganggu bunyi perutnya yang meraung meminta makan.

Dan ia berjanji, ia tidak akan membiarkan Winter merasakan kesusahan seperti yang pernah ia alami.

Maka dari itu, ia segera mengajak putrinya pulang dari Seoul agar bisa mengikuti acara amal ini juga mengajari putrinya akan pentingnya berbagi ke sesama.

Tapi ngomong-ngomong tentang putrinya, kenapa Winter lama sekali belum kembali dari membeli es krim? Apa gadis kecilnya berhenti di taman bermain dan mulai memanjat tali lagi?

Time MachineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang