Lama ya? Iya lama, ga seperti dulu yg sehari bisa rampung. Sekarang, sehari dapat satu paragraf aja udah seneng.
Jadi, tolong beri apresiasi dengan tetap vote dan komen ya.. meski maaf belum sempat di balas 🙏
Semoga kalian suka 😘😘
Selamat membaca 😘😘😘
------------------------------------------------
"Mulai malam ini kau tidur di kamar utama." Bisik dari samping kanannya.
"Ne?" Kaget si ibu muda, menatap punggung Taeyeon yang dengan santai mendahuluinya memasuki rumah.
Sejenak ia berhenti melangkah. Matanya terus menatap punggung berbalut jas warna hitam itu dengan lekat. Dalam hati bertanya, apa keputusannya sudah tepat? Apa Taeyeon tidak akan menyesal sudah menikahi wanita seperti dirinya?
Dengan berat hati ia mulai melangkahkan kaki, memasuki rumah yang sudah hampir dua bulan ini ia tinggali. Tatapan kosong seakan tidak ada minat untuk mengagumi setiap isi rumah tersebut.
Satu persatu tangga berbentuk setengah lingkaran itu ia lewati hingga sampai di lantai dua, ia menatap sejenak lorong yang selalu ia lewati untuk menuju kamarnya. Lalu ia beralih menatap lorong lain yang selama ini ia tahu menjadi kamar sang pemilik rumah.
Apakah ia harus memasuki kamar itu? Atau ia tetap masuk ke kamarnya sendiri?
Akan terasa aneh jika ia secara lancang memasuki kamar Taeyeon sendiri. Well, meski sang pemilik rumah sudah menyuruhnya untuk tidur di sana, tapi tetap saja. Sebagai orang luar, ia tidak pernah sekalipun memasuki kamar Taeyeon sebelumnya. Jangankan masuk, sekedar mengetuk saja ia sungkan.
Lalu bagaimana bisa ia bisa masuk tanpa si pemilik sekarang?
Daripada diambil pusing, Tiffany memutuskan untuk masuk ke kamarnya saja. Dengan sedikit keberanian, ia pun memilih untuk masuk ke kamarnya saja. Namun baru selangkah menuju kamar, ia di kagetkan dengan suara Taeyeon.
"Kenapa kesana?" ucap datar dari belakang.
Seketika Tiffany menghentikan langkahnya, dan tanpa berucap ia berbalik arah, melangkah menuju kamar Taeyeon sambil menundukkan kepala. Tidak berani menatap wanita yang hari ini sukses membuatnya terkejut hingga tidak bisa berkata-kata.
"Mau kemana?"
Tiffany mendongak menatap Taeyeon yang masih berdiri di ambang pintu sambil melipatkan lengan di dada. Menatapnya intens hingga ia kembali menunduk.
Sekali lagi ia tidak menjawab dengan kalimat, namun sebuah gelengan kecil saja. Well, selain malu, Tiffany masih tidak ada mood untuk bicara. Jangankan bicara, tatapannya saja terkadang masih kosong.
Dan saat Taeyeon menggeser tubuhnya, Tiffany tidak menunda waktu untuk memasuki kamar luas dengan perabot tak kalah mewah dari setiap ruangan yang ada di rumah tersebut.
Namun Tiffany terlalu malas untuk mengagumi, malas untuk ingin tahu bahwa di dalam ruangan seluas itu terdapat perapian dan sebuah set sofa serta televisi flat yang menempel di dinding. Yang ia lakukan saat ini hanyalah menahan napas agar tidak terlihat gugup di depan Taeyeon.
"Mulai malam ini kau tidur disini."
Tiffany hanya mengangguk, ragu-ragu ia berjalan ke semakin masuk ke dalam kamar dan mengambil duduk di ujung ranjang yang tertutup selimut tebal warna putih tulang.
Ceklek.
Mendengar suara pintu di tutup refleks Tiffany mendongak.
"Hah~" suara helaan napasnya, lega melihat Taeyeon keluar dari kamar entah kemana, Tiffany tidak ingin tahu. Biarkan saja, akan lebih baik jika Taeyeon tidak masuk lagi. Karena jujur, ia belum siap berada satu kamar dengan wanita yang dicintainya itu. Apalagi dengan keadaannya yang seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Time Machine
Fanfiction21+ ---------------------------------------------- Its about Mistake and Regret. ---------------------------------------------- Taeyeon seorang yang dingin, tidak percaya akan cinta dan berambisi untuk mengambil alih perusahaan keluarga. Tiffany, se...