20. New Beginning

2.3K 282 96
                                    

Tolong di koreksi jika ada yang ga sesuai dengan alur sewajarnya 🙏

Semoga kalian suka dan maaf belum sempat balas komen kalian 🙏

Selamat membaca 😘😘😘

-----------------------------------------

Sepanjang perjalanan pulang tidak ada satu katapun keluar dari mulut keduanya. Baik Taeyeon maupun Tiffany diam seribu bahasa, terlarut dalam pemikiran masing-masing.

Namun tidak dapat dipungkiri jika dilihat dari raut wajah serta cara Taeyeon memegang stir mobil, emosi masih menyelimutinya.

Ingin sekali ia memarahi Tiffany atas tindakan yang dilakukannya, atau berbalik arah dan membunuh Nickhun sekarang juga agar emosinya mereda. Namun, Taeyeon juga sadar, sebagian dari kejadian itu adalah salahnya.

Ya.. salahnya karena tidak bisa menjaga ibu dari anaknya dengan baik. Dan andai ia lebih tegas, pasti Tiffany tidak akan seenaknya sendiri keluar menemui lelaki berengsek itu sendiri.

Taeyeon tidak tahu apa hubungan mereka dan tidak ingin mengetahuinya, tapi jika itu menyangkut masa depan putrinya, bukankah ia harus terlibat juga?

Tapi melihat kondisi saat ini, pertanyaan-pertanyaan itu bisa menunggu . Saat dirasa Tiffany sudah tidak syok lagi.

Tanpa terasa mobil sudah sampai di teras rumah.

Taeyeon turun dari mobil dan segera menghampiri pintu penumpang untuk membantu Tiffany keluar.

Masih tidak ada kata terucap. Taeyeon dengan telaten membantu Tiffany sampai di depan kamarnya. Menyalakan setiap saklar lampu yang dilewati agar tidak menganggu jalan keduanya.

Dirasa Tiffany sudah aman berada di rumah, Taeyeon pun hendak meninggalkan Tiffany agar wanita muda itu bisa segera istirahat. Namun tiba-tiba Tiffany menghentikannya dengan memegang ujung lengan kemejanya.

"Mianhamnida." Lirih Tiffany yang hampir tidak terdengar, ditambah suara huskynya yang semakin husky saja karena menangis terlalu lama.

"Huh?" Taeyeon menaikkan sebelah alisnya sambil pupilnya melirik pada lengan yang di pegang Tiffany. Membuat wanita itu otomatis melepas pegangannya setelah menyadari arah mata Taeyeon.

"Aku.. aku sudah banyak merepotkanmu, mianhamnida." Sesal Tiffany menundukkan kepala sambil memainkan kuku-kukunya.

"Istirahatlah."

Tiffany hanya mengangguk sambil menggigit bibir bawahnya, mencoba menahan air mata yang sekali lagi membendung di pelupuk mata.

Taeyeon menghela nafas, mencoba meredakan emosi. Meski begitu, rahangnya masih mengeras serta tangannya mengepal kuat. Lalu tanpa memperdulikan Tiffany, ia beranjak menuju kamarnya. Meninggalkan Tiffany yang sekali lagi menangis dalam diam.

--

Pagi harinya, Tiffany masih terdiam, pandangannya kosong seakan tidak ada gairah hidup.

Taeyeon yang melihat itu menjadi kasihan, tapi ia tidak tahu harus melakukan apa supaya Tiffany kembali ke dirinya yang sebelumnya.

Lalu ia melirik ke arah Winter yang sedang melahap sarapannya sebelum beralih ke Seohyun yang juga sedang menikmati sarapan.

Dalam hati Taeyeon berterima kasih pada adik Tiffany itu, kalau tidak, mungkin semalam Winter akan sendirian di rumah karena ditinggal ibunya pergi.

"Mommy Apple tidak mau ini." Keluh Winter menyingkirkan toge dalam makanannya. Biasanya Tiffany akan marah jika putrinya suka memilih-milih makanan, namun kali ini bahkan Tiffany seakan tidak mendengarnya.

Time MachineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang