33. Hidup Kadang Kidding

1.5K 152 72
                                    

Komen kalau ada typo atau kalimat tidak sesuai dengan alurnya. Terima kasih 😘😘

Selamat membaca 😘😘😘

-----------------------------------------

"Selamat tidur sayang." Tiffany mengecup puncak kepala Winter pelan. Takut membangunkan gadis kecilnya yang sudah terlelap dalam mimpi.

Tangan kanannya terulur, mengelus rambut pirang putrinya dengan sayang, merapikan selimut pink agar menutupi tubuh Winter sampai diatas dada. Tidak lupa mengecek suhu AC, agar putrinya tidak kedinginan atau kepanasan.

Setelah memastikan semua aman, Tiffany kembali ke kamar utama.

Saat ia membuka pintu kamar utama, dilihatnya Taeyeon sedang duduk di atas ranjang, menyenderkan punggung sambil memainkan ponsel pintar berlogo kesemek.

"Apa Apple terbangun?" Tanya Taeyeon, menepuk ranjang disebelahnya, menyuruh Tiffany untuk ikut duduk bersamanya.

"Ania." Jawab Tiffany menggeleng pelan. Tidak lupa mengunci pintu kamarnya sebelum ikut duduk diranjang. Tidak itu saja, Tiffany juga memeluk pinggang sambil menyenderkan kepala di bahu suaminya.

"Mengenai makan siang kita bersama Apple, kira-kira restoran mana yang ingin kau kunjungi?"

Tiffany mendongak, menatap Taeyeon dalam. Mencari tahu dari sorot mata, apakah suaminya tahu tentang pesan misterius yang sempat ia terima saat di pesta? Dan apakah Taeyeon tahu siapa pengirimnya?

"Makan siang?" Tanya Tiffany berpura-pura lupa.

"Aku sudah janji padanya sebelum kita berangkat ke pesta. Kau lupa?"

"Mianhae, mungkin aku kelelahan." Jawab Tiffany bohong. Dan dari pernyataan tersebut, wanita berambut brunette yakin bahwa Taeyeon tidak mengetahuinya.

Ada sedikit rasa lega dalam hatinya. Karena di dalam surat kaleng tersebut mengatakan bahwa Taeyeon tidak boleh tahu. Tapi jujur saja, ia takut Taeyeon akan marah besar jika ia menyembunyikan sesuatu. Apalagi ia tidak tahu siapa orang yang mengirim surat tersebut.

Bagaimana kalau surat itu sengaja di kirim untuk mencelakainya? Atau menculiknya? Dengan memberitahu suaminya, Tiffany yakin keselamatannya akan terjaga. Tapi..

"Ada apa?" Sebuah usapan lembut di kepala kembali menyadarkan Tiffany dari lamunannya.

"Bagaimana kalau diganti makan malam saja? Aku ada janji dengan klien besok siang." Tiffany mencoba beralasan.

"Klien?"

"Ne. Seorang klien ingin memesan kue secara khusus." Sejenak Tiffany memalingkan wajah. Takut Taeyeon tahu kebohongannya.

"Baiklah." Jawaban Taeyeon, membuat Tiffany bernafas lega.

"Ayo tidur sayang." Ajak Tiffany, mulai menarik selimut dan merebahkan tubuh.

"Apa kau baru saja memanggilku sayang?"

"Ne. Kenapa? Kau keberatan?" Tiffany kembali mendongak, menatap Taeyeon yang sudah meletakkan ponsel ke atas nakas lalu menyusul merebahkan badan dengan posisi miring menghadapnya.

"Ania. Aku ingin terus mendengar panggilan itu mulai sekarang." Pinta sang suami.

"Kau tidak suka Taetae?" Tiffany mempoutkan bibir. Tubuhnya bergerak mendekat, lalu menjadikan tangan Taeyeon sebagai bantalan.

"Suka. Hanya saja itu nama panggilanku saat kecil." Jelas Taeyeon kemudian.

"Ara." Angguk Tiffany, tangannya bergerak menyentuh kancing piyama Taeyeon yang berada di atas dada.

Time MachineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang