Erik menatap kosong pada setumpuk berkas di meja rapat ruang CEO. Sore yang masih tergolong sibuk tapi dia mengabaikan.
"Ada hadiah di balik aktivitas melamunmu, Erik? Ini lebih dari satu jam kamu bergabung dan tidak melakukan hal banyak di ruanganku. Lelah menjadi general manager?"
Erik mendesah dramatis. "Aku hanya lelah jadi single, San."
Kekehan terdengar dari mulut seseorang. Erik menoleh. Sejak pukul 2 siang dia pergi ke ruangan CEO Anderson, berniat menepis gundah gulana, dia justru berpindah ke ruang Direktur Utama dan menemui tiga taipan berumur. Tentu di antaranya merupakan Direktur Utamanya sendiri dan CEO, selebihnya hanya mantan gebetan Erik. Eung ... mengingat masalalu membuat Erik malu. Mantan gebetan katanya?
"Akssa, you must to shut the fuck up," desah Erik makin galau.
Kini tiga lelaki di itu justru menertawakan Erik. Sandro, yang mana merupakan Direktur Utama Anderson Group, atasan Erik dengan segala tingkah agung. Noah, anak dari Sandro sendiri yang pendiam dan bekerja sebagai CEO. Berikutnya adalah Akssa, yang selalu disebut Nina sebagai mantan gebetan Erik sekaligus mantan calon suaminya sendiri. Menggelikan, namun itu faktanya.
Di sela aksi menertawakan Erik, Sandro mendekat, menepuk pundak Erik dua kali. "Isteriku bilang kamu sudah ada pengganti untuk Sesa."
"Really? Who is the lucky man?" tanya Akssa sambil terkekeh.
"Man?? Setelah usahaku selama ini untuk jadi lelaki tulen kamu pikir aku tidak bisa mendapat wanita?!" Tangan Erik mengepal. Dia gemas pada segala tingkah Akssa.
"Maaf. Karna sepanjang pengetahuanku kamu hanya berkencan dengan lelaki."
"Kamu juga termasuk ke targetnya," celetuk Noah membuat Sandro terbahak.
Ejekan demi ejekan tak diindahkan Erik. Dia masih dalam mode tenang meski ketiga lelaki yang kini jadi teman nongkrongnya tak bisa diam. Kegundahan hati masih hinggap. Dimulai sejak semalam dia pulang dari kafe kopi Mario. Erik masih terus memikirkan tanggapan Salma soal panggilan menjijikan Nina semalam. Ilfeel kah? Atau, Salma mungkin sudah tak mau menemui Erik lagi. Karena setelah kejadian Nina meneleponnya, justru Salma yang menodongkan ponsel dan menyuruh Erik menyimpan nomor ke ponsel itu, membuatnya tak bisa menghubungi Salma duluan.
Namun, seharian Erik menunggu, ponselnya tak ada pesan masuk atau telepon tak terjawab dari nomor asing.
"Erik." Sandro kembali menepuk bahu Erik. "Kenapa tidak berkencan dengan bawahan? Anderson masih punya banyak staff wanita yang mungkin cocok denganmu."
"Dan membuat baliho Anderson Group memajang nama Erik Herman Sukses Menjadi Lelaki Tulen?" sindir Erik kesal.
"Bukan itu maksudnya. Tapi staff wanita di Anderson memang punya bibit-bobot yang bagus," komentar Akssa menengahi.
"Nggak. Cukup dua sahabatku yang jadi korban, bonus Anna dan Dana. Mereka semua tahu atasan di Anderson itu tukang MBA."
"Not me." Sandro mengangkat kedua tangan, diikuti Akssa yang menggeleng. Mereka berdua melirik Noah yang sejak tadi tidak banyak mengobrol, dan lelaki itu hanya menaikkan sebelah alis.
"Nadia tidak hamil di luar nikah," balas Noah polos.
Erik berdiri, mendecak. Berlama-lama mengobrol dengan Sandro dan Akssa bisa memperpendek umur Erik. Mereka hanya terus mengompori untuk berubah lebih keras, mengencani salah satu staff wanita Anderson, tanpa memberi solusi dengan baik dan benar. Tetapi setiap salah satu di antara mereka membutuhkan Erik, terutama Jonathan—sepupu kejam dari Sandro, Erik diharuskan berpikir keras untuk mencari sebuah solusi yang sebenarnya bukan kemampuan Erik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Queer Heart: all about Erik
RomanceErik Herman bersikap feminim setelah sering mengagumi kecantikan wanita sejak kecil serta mengakibatkannya memiliki kekasih sejenis, tetapi patah hatinya setelah ditinggal kekasih tanpa kabar dan pertemuannya dengan Salma membuat Erik mulai berubah...