Di apartemennya, Erik barusan mandi dan cuci muka dengan berbagai produk face wash. Kini dia menatapi cerminan diri yang memperlihatkannya tengah shirtless. Satu handuk warna biru tua membebat pinggang rampingnya.
Memang benar patah hati bisa membuat perubahan besar pada diri seseorang. Dua tahun lalu Erik ingat badannya lebih besar daripada sekarang, lebih memiliki bisep di kedua lengan dan kulitnya juga lebih kecokelatan. Kini, tubuh Erik ramping dengan otot badan yang terbentuk sedang, tapi tetap proporsional. Bahkan, kulit kecokelatan akibat sering berjemur di pantai dengan sahabat-sahabatnya dulu mulai berubah.
Aneh, tapi Erik suka. Setidaknya sekarang dia jauh lebih terlihat sebagai lelaki dibanding dua tahun lalu.
Ponsel Erik di samping washtafel tiba-tiba bergetar panjang. Nama Nina terpampang di layar panggilan.
"Halo?"
"Erika! Buka pintu cepet!! Gue sama Sandro punya kejutan!!" teriak Nina di seberang sebelum menutup sambungan.
Erik mengernyit. Ponselnya kembali di taruh wastafel sebelum keluar dari kamar mandi. Bunyi bell terdengar, Erik urung pergi ke walk-in closset dan memilih membukakan pintu.
Seorang kurir ekspedisi di depan pintu terkejut.
"M-malam, Pak. Ada paket dari Ibu Nina Anderson. Tolong ditandatangani."
Kardus berukuran 30x30 sentimeter itu membuat Erik bertanya-tanya sebelum menyetujui untuk tanda tangan. Namun ketampanan Erik yang sialnya lupa diri karena hanya mengenakan handuk biru tua di pinggang, membuat kurir di depannya meneguk saliva, terganggu.
"Ini paketnya." Selesai dengan tanda tangan, kurir tadi menyerahkan paket ke Erik, lalu pergi teburu-buru.
Dari Nina Anderson untuk Erika yang menawan.
Erik membuka kardus tersebut setelah menutup pintu apartemen. Ternyata sebuah kotak sepatu dengan brand terkenal luar negeri. Penasaran, Erik makin membukanya dan menemukan sneakers wanita dengan ukuran 38.
Untuk siapa?
Buru-buru Erik mengambil ponsel di wastafel kamar mandinya, dan membuka pesan singkat dari Nina yang masuk tiga menit lalu.
Dear Erika. Selamat melepas masa lajang! BTW itu ide Sandro untuk Salma yang cantik. Congrats, darlaaaaaaaaaaa
Erik mendengkus sambil senyum membaca pesan tersebut. "Memangnya mereka tahu ukuran kaki Salma?" gumamnya tak habis pikir.
***
"Pas??" tanya Erik terkejut melihat sepatu di kaki Salma.
"Pas."
Salma mendongak. Merasakan bingung setelah pagi-pagi buta rumahnya kedatangan tamu tak diundang. Membawa kotak sepatu sneakers dengan brand luar negeri. Bentuknya simple tapi menggemaskan. Dengan bahan seperti jeans rajut warna putih dan ada gambar kucing-kucing kecil.
"Kalau di kakiku sepatunya pas."
"Itu memang untuk kakimu," tegas Erik masih diliputi rasa kagum pada paket Sandro dan Nina. Bagaimana bisa sepasang bucin itu tahu ukuran kaki Salma?
"Ini mahal, Erik. Sepatuku masih banyak ...." Salma melepas sepatu tersebut, lalu melirik Erik yang pagi ini sudah rapi dengan setelan kerja.
"Kemejamu kebesaran," komentar Salma kemudian.
Namun Erik tak menghiraukan itu. Diambilnya sepasang sneakers tadi dan menyerahkannya ke Salma secara formal. Perubahan di diri Erik membuatnya dihujani keberuntungan dari Sandro. Sudah pasti, para petinggi Anderson sangat wellcome dan senang saat akhirnya Erik menemukan Salma.
KAMU SEDANG MEMBACA
Queer Heart: all about Erik
RomanceErik Herman bersikap feminim setelah sering mengagumi kecantikan wanita sejak kecil serta mengakibatkannya memiliki kekasih sejenis, tetapi patah hatinya setelah ditinggal kekasih tanpa kabar dan pertemuannya dengan Salma membuat Erik mulai berubah...