Bunyi bip dari laptop membuat Salma mendesah dan mencari charger di dalam tas. Pekerjaannya banyak hari ini, sampai tak terasa sudah menginjak siang dan Salma harus diingatkan soal janji makan siangnya bersama Erik.
"Ini Americano kedua. Yakin nggak pesan kentang goreng?"
Salma menoleh, lalu tersenyum berterima kasih. Selama 4 jam ia bekerja di kafe, Mario selalu membantunya.
"Enggak. Aku nanti ada makan siang sama temanmu."
"Erik pasti," tebak Mario membantu Salma menancapkan kepala charger ke stop-kontak di bawah meja.
Anggukan Salma jadi jawaban. Menggugah sisi bahagia Mario yang pada akhirnya, bisa melihat Erik melepas masa-masa galau. Ia lantas mengerling ke Salma sebelum meninggalkan wanita itu dengan pekerjaan di laptop.
Teringat banyaknya SMS masuk dari teman-teman Erik, yang menanyakan tentang siapa wanita di balik senyum Erik akhir-akhir ini. Mario selalu membalas semua SMS itu dengan hati-hati, sekaligus aman. Dimulai dari Laras yang menanyakan tentang malam kelabu di hari ulang tahun Erik. Di situ Mario mulai membeberkan semuanya, tentang pertemuan tak sengaja kesekian Erik bersama Salma yang berakhir mentraktir Americano plus kentang goreng. Lalu berujung ke pertemuan lainnya, sampai Mario harus punya tugas dari Nina untuk mengintip berapa size sepatu Salma saat wanita itu lengah.
Sambil membersihkan beberapa gelas selesai dicuci, Mario tersenyum membayangkan banyak kejadian yang sudah ia lakukan demi new couple di kafenya.
Lonceng di pintu berbunyi. Mario menyingkirkan lap dan gelas ke tempat semula, kemudian menyapa pengunjung baru dengan dandanan simple dan satu masker hitam menutupi sebagian wajah.
"Halo, silahkan memesan," sapa Mario ramah.
"Dua Latte panas ukuran medium."
"Ada yang lain? Kafe ini baru ada diskon untuk pembelian lebih dari satu, bisa diambil potongan harga atau gratis satu Waffle."
Lelaki bermasker itu melirik Mario, lalu mengangguk. "Ambil yang gratis satu Waffle."
"Topping?" tanya Mario lagi, mencatat pesanan.
"Stroberi."
"Oke. Dua Latte panas ukuran medium dan satu Waffle topping stroberi sebagai diskonnya," ulang Mario memastikan catatan. Ia lalu tersenyum melihat lelaki di depannya mengangguk. "Tunggu sebentar biar kubuat pesanannya."
Mario langsung meracik dua Latte dan satu Waffle topping strawberry dengan cekatan. Ia suka kedua tangannya bergerak cepat, beruntung sekali Mario dipercaya sebagai salah satu orang yang mengurus semua hal di kafe kopi tersebut.
Sambil meracik, Mario juga beberapa kali melirik ke semua pengunjung kafenya. Tak terkecuali Salma. Wanita itu sudah dalam jam genting karena memasuki waku makan siang bersama Erik. Kesepuluh jemarinya ngebut mengetik di papan keyboard. Lalu ada dua pengunjung lain yang masing-masing sibuk bermain ponsel setelah asyik mengambil foto. Dan terakhir, senyum Mario sedikit terganggu ketika pandangannya mengarah ke lelaki bermasker hitam yang duduk membelakangi Salma. Lelaki itu duduk feminim, melamun, dan mendiamkan panggilan di ponselnya yang diletakkan di atas meja.
Bukan urusanmu. Mario mengedik singkat, lalu menyesaikan kegiatannya.
"Dua Latte panas dan satu Waffle stroberi?" panggil Mario membuat lelaki bermasker hitam tadi tergugah dari lamunan.
"Totalnya empat puluh dua ribu rupiah, selamat menikmati Latte dan Waffle-nya." Mario tersenyum ramah menerima uang pas dari lelaki bermasker tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Queer Heart: all about Erik
RomanceErik Herman bersikap feminim setelah sering mengagumi kecantikan wanita sejak kecil serta mengakibatkannya memiliki kekasih sejenis, tetapi patah hatinya setelah ditinggal kekasih tanpa kabar dan pertemuannya dengan Salma membuat Erik mulai berubah...