4.

1.2K 240 22
                                    

"Kulitnya kuning langsat. Matanya berbentuk kacang almond dan dia juga punya hidung mancung. Setiap tersenyum, Salma punya aura bahagia yang membuatku merinding."

Erik menatap keempat petinggi Anderson Group. Dua di antara mereka berdeham salah tingkah mendengar ciri-ciri Salma. Bahkan Akssa sampai membenarkan dasi yang menurut Erik sudah kelihatan rapi.

"Whats wrong?" tanya Jonathan aneh. Lirikannya tertuju ke Sandro yang tiba-tiba menggosok dagu, lalu leher. "Kalian terserang haus mendadak hanya mendengar Erik menceritakan kekasihnya??"

"Aku? Big no." Sandro menggeleng tegas, sementara Akssa mendengkus.

"Salma memang cantik, tapi kupikir Nina dan Laras jauh lebih cantik untuk kriteria kalian," sindir Jonathan risih melihat penyangkalan dua sahabatnya.

Erik tersenyum. Ada umpatan di setiap lirikan Sandro dan Akssa setelah terlalu membayangkan cerita Erik. Tetapi memang, Salma itu cantik. Bahkan Erik beruntung bisa bertemu dengan wanita secantik itu kecuali sebagai sahabat. Titik perubahannya makin dekat. Memunculkan semangat baru yang membuat Erik janji untuk menyingkirkan sifat dan sikap manisnya.

Seseorang di samping Erik menepuknya. "Tapi hubungan yang baik harus melibatkan masa lalumu. Dia tahu? Atau menerima semuanya?"

Ruangan di lantai 25 tersebut tiba-tiba hening. Nicholas tahu bagaimana cara menjatuhkan mental Erik setelah berhasil menyicipi kebahagiaan.

"Itu bisa diurus belakangan," timpal Sandro.

"Bukan, maksudku aku, kamu, kalian, punya rahasia jelek tentang masa lalu. Dulu Nina membencimu begitu tahu statusmu masih suami orang, San, ditambah punya anak satu. Aku, Anna meninggalkanku setelah tahu tentang obat-obatan itu. Dan kamu, Jo, Dana sangat membencimu sebelum kalian menikah hanya karna kebiasaan mutualisme." Nicholas menoleh ke Akssa, mulutnya ingin terus bicara hal sama tapi urung. "Lupakan soal Akssa, masa lalu tentang Nara bukan masalah Laras membencinya, she will always love him, forever."

Akssa berdeham disinggung seperti itu, dadanya perlahan membusung.

"Masa lalu Erik bisa menghancurkan aksi PDKT ini, Nicho. Kamu pikir siapa yang dikencaninya sebelumnya? Luna Maya atau Lucinta Luna??"

"Sorry, Lucinta?" bisik Erik tak paham.

"Ini tentang Sesa. Siapa nama aslinya?" tanya Akssa mengingat.

"Namanya Satyo," jawab Jonathan mendapat lirikan gemas dari Erik.

Sial, Erik pikir hanya dirinya dan ketiga sahabatnya yang tahu perihal nama asli Sesa. Apa dari mereka bertiga ada yang menceritakan itu ke para suami? Erik terserang malu mendadak.

"Satyo ...." Sandro manggut-manggut, menahan tawa.

"Sorry, aku tahu dari Dana," jelas Jonathan.

Erik memgangkat tangan, kode berhenti membahas Satyo karena membuat Erik terlempar ke kubangan masa lalu.

"Tapi, Erik. Kamu pernah ... eung, menaruh tongkat kecilmu ke—"

"What??"

Erik melotot. Pertanyaan Sandro membuat tiga lelaki lainnya terbahak sekaligus menegang. Sekarang Erik paham kenapa dulu para petinggi Anderson membencinya, sampai memandangnya sebelah mata. Mereka berpikir Erik tak suci lagi. Dia lantas bangkit dari kursi tamu ruang Direktur Utama Anderson Group, tanpa menjawab pertanyaan berbahaya Sandro, Erik melambai sekilas sebelum berniat pergi.

"Erik, is that true??" teriak Akssa masih ngotot minta jawaban.

"Fuck you, kalian semua gila." Erik keluar dari ruangan, meninggalkan jari tengah ke empat lelaki di ruangan itu sebelum menutup pintu.

Queer Heart: all about ErikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang