5 - Perahu Kertas

58 17 10
                                    

"Gue percaya kalau ada pasangan bermula dari sahabat jadi cinta."

Bayangkan, di tengah bapak dosen mengajar kelas akuntansi biaya saat kupusatkan konsentrasi penuh ke papan tulis, Rully menyenggol lenganku,mengatakan hal konyol itu.

Sekali waktu, tak kugubris caranya melirikku. Malah pulpen di atas buku tulisku dimainkan jemarinya lihai. Mau apa sih orang ini?

"Lihat depan, Rul, bahaya kalo kena omel. Mampus kita." Lirihku kala ia mendengus napas kesal.

"Coba lo pikir, Lin. Mau sampe kapan lo marah sama gue? Ini udah dua minggu, seminar UKM jurnalistik tinggal bulan depan, pasti lo bakal sibuk banget. Memang lo nggak penasaran sama diri gue gitu?"

"Apa ada hal menarik yang bisa gue pahami dari lo?" Bisikku tajam. "Perlu gue lapor ketua BEM kalo ada ketua himpunan jurusan kita yang rese' minta ampun?"

"Soal privasi macem mana yang perlu gue tahu supaya gue bisa selalu ada buat lo, Lin?"

Parah. Sungguh kusesali kata menyerah tidak termasuk dalam kamus hidup Rully. Paras menawan membangkitkan bibit tertarik kaum hawa itu mencoba menerobos netraku, tampak berusaha mencari seribu jawaban di antara luka tertutup.

Mau melawan kodrat hidup pun, takkan pernah dapat kau temukan alasan mengapa aku seperti ini, Rully.

"Jelas-jelas lu lebih sibuk, harus banget korek privasi gue sampe puas?"

"Oh, jelas. Mana enak jadi mahasiswa kura-kura yang mau ketinggalan pesona ayu titisan Tribhuana Wijayatunggadewi?"

Aduh, Rully. Urusanmu kuliah-rapat kuliah-rapat selepas kelas terakhir, seolah aku wajib menotis. Ingin menjadi sekretaris pribadimu saja tidak pernah. 

Lalu mengapa aku jadi disamakan dengan penguasa Kerajaan Majapahit? Pusing menghitungkah kamu?

"Bodo amat." Responku singkat, beralih pada buku tulis agar segera mencatat poin penting kuliah hari ini.

Ayah dan bunda sudah membebaskanku memilih beasiswa PPA sebagai bakti seorang anak dalam meringankan beban orang tua. Tidak akan kubiarkan seekor bayi lalat mengurangi nafsuku akan studi.

Namun entahlah jika kalian bertanya tentang Rully. Yang kudengar, dia bahkan the one and only peraih Beswan Djarum di angkatan ini.

Kalau otak, kuakui ada, walau kadang memuakkan hatiku.

"Bergembiralah kalian. Untuk pengganti tugas, saya harap latihan pada halaman 167 dapat dikerjakan, ketika saya ingin kalian menjelaskannya minggu depan nanti. Sampai di sini dulu, terima kasih. Selamat siang."

Pak Fritz selalu tepat waktu keluar ruangan saat jarum jam menunjukkan angka lima sore, diikuti salam balik kami semua yang bersiap turut beranjak pergi.

"Lin, gue mau ngajak lo ke suatu tempat deh." Riang betul nada suara Rully.

Kusamakan langkahnya, menatap senyum ceria itu heran. "Udah sore gini. Mau ke mana?"

"Nggak lama kok. Bukan ke tempat aneh-aneh juga. Kalau mau, kabarin Lensa sama ortu lu sekarang. Takut mereka nyariin kalo kita pulang kemaleman."

Kebetulan, jadwal rapat rutin UKM masih besok lusa, tiga dari total lima tugas juga telah kucicil.

Terlalu penat dan butuh hiburan sih iya, tak kusangka Rully peka soal ini. Selagi menuju tempat parkir motor, kuketik pesan singkat cukup cepat.

Keluarga Cookie Monster

Lindi
Kakak pulang telat ya
Diajak jalan sama rully

Ayah
Hati-hati kak
Kapan2 rully suruh ke rumah
Nonton the avengers bareng ayah

KANNESIA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang